Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tebingtinggi. Ada yang menarik dalam event Jambore Teknologi Tepat Guna (TTG) ke XVIII tahun 2018 tingkat provinsi Sumatera Utara yang digelar belum lama ini di Kota Tebing Tinggi saat menjadi tuan rumah pada kegiatan tersebut. Dari sekian banyak inovasi teknologi yang ditampilkan, Blender ‘Made in Tebingtinggi’ menjadi perhatian orang nomor satu di provinsi Sumatera Utara.
Bahkan H Edy Rahmayadi saat membuka kegiatan yang diikuti dan dihadiri Walikota H Umar Zunaidi Hasibuan dan seluruh kepala daerah di provinsi Sumatera Utara ‘memerintahkan’ untuk membeli blender yang disebutnya ‘Merk Tebingtinggi’ itu.
“Saya akan perintahkan nanti Provinsi Sumatera Utara kalau beli blender ‘Merknya Tebing Tinggi’, ujar Gubsu saat itu.
Tidak hanya itu, blender made in Tebingtinggi yang merupakan hasil kreasi dan inovasi putra daerah itu juga telah menghantarkan Pemerintah Kota Tebing Tinggi memperoleh tiga penghargaan pada acara Teknologi Tepat Guna (TTG) ke XX tingkat Nasional yang digelar di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
Ketiga penghargaan yang diterima Kota Tebingtinggi masing-masing juara 1 Kategori Kepala Daerah yang melakukan pembinaan terhadap inovator dan Posyantek, Juara III Kategori Posyantek pada Posyantek Karya Berseri Kota Tebing Tinggi serta Juara Harapan 1 Kategori Kepala Daerah yang komitmen dalam pengembangan dan penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG).
Meski hanya meraih juara III Kategori Posyantek (pos pelayanan teknologi) pada Posyantek Karya Berseri Kota Tebing Tinggi, tapi setidaknya blender ‘Made in Tebingtinggi’ telah berhasil masuk final dalam perlombaan teknologi tepat guna (TTG) Tingkat Nasional.
“Ini yang pertama kali selama 16 tahun kegiatan Teknologi Tepat Guna (TTG), Provinsi Sumatera Utara berhasil menembus final di tingkat nasional,” ujar Walikota Tebing Tinggi H Umar Zunaidi Hasibuan.
Lantas, apa sich kelebihan Blender Made in Tebingtinggi yang telah mencuri perhatian daerah lain dan berhasil masuk dalam final perlombaan teknologi tepat guna di tingkat nasional.
Ternyata kelebihan dari blender yang satu ini adalah lebih praktis, mudah digunakan dan mobile (bisa dibawa kemana-mana) karena dalam pengoperasiannya tidak membutuhkan arus listrik, cukup dicolokkan ke baterai, blender pun langsung menyala.
Ditemui di kediamannya di Komplek Perumahan Polri Sei Segiling Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing Tinggi, Senin (29/10/2018), Suhermansyah, sang innovator yang berhasil merubah sistem pengoperasian blender dari tenaga listrik (AC 220 volt) ke tenaga baterai (DC 12 volt) mengaku penemuannya tersebut dilakukan secara spontan.
Inovasi Blender DC 12 Volt itu berawal dari, seorang kawan pedagang jus buah dan pop ice keliling yang selalu membawa genset saat berjualan dan berkali-kali memperbaiki inverter, yakni alat untuk mengonversikan arus searah atau DC (arus baterai) menjadi arus bolak-balik atau AC (arus listrik) untuk menjalankan mesin blendernya saat berjualan es keliling.
“Kenapa bolak balik inverternya diperbaiki, kan sayang mahal duitnya, coba bayangin sekali memperbaiki biayanya Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu, saya tanya inverternya buat apa, tenyata buat menjalankan mesin blender pake genset atau baterai yang hanya bisa bertahan paling lama 4 jam kalau terus dinyalain,” ungkap Herman.
Lalu peraih penghargaan Inovator Terbaik Kategori Umum dari Gubsu pada Jambore TTG ke 17 tahun 2017 di Kabupaten Madina ini melakukan serangkaian eksperimen, dan akhirnya dia berhasil membuat inovasi Blender DC 12 Volt yang sistem pengoperasiannya bisa langsung disambungkan ke baterai tanpa menggunakan genset dan inverter.
“Kalau memakai inverter dari arus baterai atau genset hanya bisa tahan 3 hingga 4 jam saja, sedangkan blender yang telah dipasang motor elektro magnetik, daya yang dihasilkan blender DC 12 volt ini bisa tahan seharian,” ungkapnya.
Diakui oleh Herman bahwa untuk menciptakan inovasi blender 12 volt dia harus melakukan beberapa kali eksperimen dan mencari referensi bagaimana cara merubah arus dari AC 220 volt ke DC 12 volt, setelah dicoba gagal, coba dan gagal lagi akhirnya dia berhasil ‘menciptakan’ blender 12 volt tersebut. “Mungkin lima sampai enam kali sempat menemui kegagalan, tapi setelah beberapa kali dicoba akhirnya berhasil juga,” katanya.
Dijelaskan juga bahwa, untuk merubah elektro motor dari AC 220 ke DC 12 volt diperlukan magnet yang banyak sementara mesin blender tidak mempunyai magnet, setelah diakal-akali akhirnya mesin blender dengan sistem elektro magnetik berhasil dijalankan.
Menurut pemegang Sertifikat Depoinovasi Electronics sebagai pemenang kedua Lomba Video Kinerja Mesin CNC DIY ini, sebelum dipamerkan pada Jambore TTG ke 18 kemarin, ternyata hasil kreasinya yang diposting melalui medsos tersebut cukup diminati hingga ke luar daerah seperti Jogyakarta, Solo dan Palembang. “Blender DC 12 Volt ini sudah dipasarkan ke luar daerah, jadi sayang kalau tidak dimanfaatkan di kota Tebing Tinggi ini,” katanya.
“Sejauh ini banyak pedagang-pedagang UKM misalnya pedagang jus buah dan es keliling yang harus membawa-bawa genset ataupun ‘nyolong’ arus listrik, jadi dengan memanfaatkan blender 12 volt ini tentu lebih mudah dan praktis,” katanya.
Herman yang meraih juara III Lomba Posyantek tahun 2017 dengan karya Pompa DC Tenaga Matahari pada TTG ke 17 di Kabupaten Madina ini juga mengakui masih minimnya minat masyarakat dalam memanfaatkan teknologi tepat guna dalam keperluan sehari-hari. “Mungkin masyarakat masih beranggapan bahwa produk pabrikan itu lebih baik dari hasil inovasi teknologi tepat guna,” katanya.
Dirinya juga menyayangkan, bahwa penemuan-penemuan teknologi tepat guna yang dipamerkan selama ini hanya bersifat seremoni saja, karena hingga kini belum ada yang dimanfaatkan oleh masyarakat, padahal pemerintah kota Tebing Tinggi khususnya Walikota H Umar Zunaidi Hasibuan sangat perhatian dengan teknologi tepat guna (TTG) tersebut.
Herman berharap dengan pembentukan Posyantek di Tebing Tinggi, pemerintah kota lebih berkomitmen dalam pengembangan dan penerapan TTG agar melahirkan inovasi-inovasi teknologi yang lebih baik lagi. “Inovator itu yang berat di eksperimennya, biaya eksperimen itu besar jadi kami butuh komitmen pemerintah dalam mendukung eksperimen-eksperimen untuk menghasilkan suatu karya inovasi teknologi,” harap peraih juara II Lomba Inovasi TTG tingkat Kota Tebing Tinggi tahun 2018 ini.