Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kehidupan masyarakat pesisir sangat lekat dengan laut dan sampan atau perahu. Nelayan, misalnya, di laut mereka mencari ikan, udang, kepiting, cumi-cumi dan lain sebagainya. Tapi ada juga nelayan yang tidak lagi menebar jaring dan pancingnya, mereka menyewakan perahunya untuk ditumpangi, alias sebagai kapal penumpang.
Seorang warga Desa Kwala Besar, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, Slamet mengaku sudah tidak lagi tahan melaut mencari ikan karena usia. Menurutnya, mencari ikan membutuhkan stamina besar, sedangkan dia merasa sudah waktunya untuk mencari penghidupan yang lain dari laut, dengan menyewakan perahunya kepada masyarakat yang ingin belanja atau memancing.
Dia punya perahu 30 kaki dengan kapasitas muatan 3 ton. Perahunya memiliki panjang sekitar 10 meter dengan lebar 3 meter. Untuk membuat perahu tersebut, dia memesan kepada pembuat perahu yang sudah mahir di sebuah desa di Tanjung Pura dengan modal Rp 32 juta dengan pengerjaan selama dua bulan. "Itu sudah semua. Perahu siap plus mesinnya," katanya.
Perahu tersebut, rutinitasnya untuk disewakan kepada masyarakat yang ingin berbelanja ke Belawan atau daerah lain. Satu kali sewa, dia memasang tarif Rp 100.000. Selain itu, dia juga menyewakannya kepada pemancing yang menginap di laut dengan tarif mulai dari Rp 200.000/malam di luar dari biaya untuk minyak solar.
Hampir setiap hari dia mendapatkan sewa, baik dari masyarakat yang berbelanja maupun pemancing yang datang dari berbagai daerah. Rutinitasnya kini menggantikan profesinya mencari ikan yang sudah dijalaninya sejak usia 13 tahun. Dengan usia 65 tahun, aktifitas saat ini lah yang menurutnya masih memungkinkan dijalani.
"Mencari ikan itu kan butuh tenaga ekstra. Tak bisa lagi lah. Sewa perahu ini aja yang bisa dibuat," katanya.
Selain perahu berukuran 30 kaki, dia juga punya yang berukuran 22 kaki dengan kapasitas muatan 1,5 ton. Perahu itu dibuat di tempat yang sama, di Tanjung Pura. Modal yang dikeluarkannya Rp 11,5 juta.
Perahu tersebut dioperasikan nelayan lain untuk mencari ikan. Setiap hari dia mendapatkan setoran sewa perahu. Dari penelusuran medanbisnisdaily.com, tempat pembuatan perahu salah satunya berada di Desa Pematang Cengal Barat, Kecamatan Tanjung Pura, Langkat.
Setiap dua bulan sekali, perahu-perahu ya harus naik dok untuk dicat sekaligus membersihkan kapang atau kerang laut yang lengket di badan perahu. Setidaknya Rp 200.000 yang harus dikeluarkannya setiap kali naik dok untuk membeli cat dan upah tukang. Jika tidak dilakukan, dia akan rugi besar karena kapang mampu membuat perahu bocor. Dengan perawatan yang standar, perahu bisa bertahan hingga 5 tahun. Perawatan besar, lanjut dia, mengganti papan kayu atau mesin.
"Kapang ini, apa aja dimakannya. Mau perahu dari kayu atau perahu Viber pun kena. Tidak ada obatnya kecuali perawatan seperti ini. Harus mau kalau tidak ya tunggu saja hancur. Bukan kecil biaya buat perahu," katanya.