Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com- Nias. Bak petir di siang bolong menyambar hati Waguru Zidomi (51) dan Ina Yu Bago (50). Pasangan suami istri ini shock, disertai panik dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika mendengar informasi dari kejauhan bahwa anak gadisnya, Melindawati Zidomi (24), tewas secara tak wajar. Mayatnya ditemukan di aeral perkebunan PT PSM, Sungai Baung, Desa Bukit Baru Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, Selasa (25/3/2019).
Waguru dan Ina Yu Bago tinggal di Desa Hibala, Kecamatan Pulau-Pulau Batu, Tello, Kabupaten Nias Selatan, Sumtera Utara.
Paman Melinda, Gutawan Bago (36) kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (28/3/2019), mengatakan, ia dan seluruh keluarga besar merasa sangat terkejut ketika mendengar kabar Melindawati dibunuh secara keji. "Kami tidak bisa menyembunyikan betapa pedih perasaan seluruh keluarga besar atas kematian ponakanku itu," imbuhnya.
"Sudah tentu perasaan Waguru dan Ina Yu Bago merasa kehilangan atas kepergian abadi Melinda," tutur Gutawan lagi.
Gutawan menceritakan, Melinda merupakan alumni SMA Negeri 1 Hibala, Kecamatan Pulau-pulau Batu, Kabupaten Nias selatan. Dia adalah satu-satunya putri dari 5 bersaudara dari pasangan Waguru Zidomi dan Ina Yu Bago yang mengenyam pendidikan tinggi, yakni sarjana teologia.
"Saudara-saudaranya semua sekolah tapi hanya pada tamatan SMA. Tapi si Melinda selesai sampai sarjana", katanya.
Gutawan yang mengaku tinggal di Batam itu menjelaskan, meski ayah Melinda hanya seorang tukang kayu yang berpenghasilan pas-pasan, namun ia mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi dan meraih gelar sarjana. Untuk membiayai perkuliahan Melinda di Sekolah Tinggi Theologi Injil Palembang (STTIP), Waguru bekerja lebih keras. Sedang ibu korban, Ina Yu Bago, hanyalah seorang ibu rumah tangga.
"Ia (Melinda-red) masuk kuliah pada tahun 2012/2013 dan selesai tahun 2018," papar Gutawan.
Sosok pribadi Melinda sehari-hari, menurut Gutawan, seperti biasa-biasa saja, orangnya polos. Namun ia seorang pelayan hamba Tuhan. "Ia tekun dan rajin melayani", sambung Gutawan.
Gutawan bercerita, suatu ketika ia menghubungi saudara Melinda bernama Denius Zidomi di Palembang. Sedikit pun tidak ada firasat buruk dalam diri Denius Zidomi akan terjadi peristiwa naas itu kepada Melinda.
Berdasarkan keterangan Denius Zidomi, lanjutnya, bahkan tak satu kata pun tulisan di secarik kertas yang menjadi pesan ditinggalkan Meli, demikian panggilan korban. Tetapi tiba-tiba ia (korban) pergi untuk selamanya.
"Kami tidak menyangka pak akan peristiwa ini terjadi kepada korban. Kami sangat terkejut. Begitu juga saudara korban, Denius Zidomi, dia tidak berfirasat buruk", terangnya.
Pulang Kampung
Gutawan mengatakan, korban terakhir kali ketemu dengan kedua orang tuanya sekitar 3 bulan lalu. Ketika itu pendeta muda GKII ini pulang kampung di Hibala, merayakan Natal pada Desember 2018. Namun 2 minggu kemudian, tepatnya Tahun Baru, Januari 2019, Melinda kembali lagi ke Palembang untuk menjalani profesinya sehari hari sebagai pendeta.
"Itulah pertemuan terakhir kali Melinda ketemu dengan kedua orang tua. Setelah itu ia pergi untuk selamanya," terang Gutawan.
Ia berharap pelaku dihukum seberat-beratnya, setimpal dengan perbuatan kejinya. "Supaya jangan terjadi lagi kasus sadisme yang serupa kepada perempuan, Melinda Melinda lainnya," harap Gutawan.
Pemerkosaan dan pembunuhan ini bermula pada Senin (25/3/2019), saat korban dan tetangganya, bocah N (9), menumpangi motor di Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Tiba-tiba korban dipepet 2 pelaku. Korban diperkosa setelah itu dibunuh sedangkan bocah N disekap. Sekitar pukul 22.00 WIB bocah N sadar dan melapor ke orang tuanya.
Pemerkosaan dan pembunuhan terjadi di kawasan Sungai Baung, Bukit Batu, OKI. Mayat korban ditemukan dalam kondisi telentang dan setengah bugil.
Polisi telah menangkap kedua pelaku, yakni Nang (20) dan Hendri (18). Keduanya ditembak karena melawan saat diminta menunjukkan barang bukti. Pelaku mencoba kabur meskipun tengah dikawal ketat polisi.
Nang dan Hendri ditangkap di rumah masing-masing di Blok G Devisi IV, PT PSM, Sungai Baung, OKI. Rumah pelaku tidak jauh dari lokasi korban tinggal.
Polisi menyatakan pembunuhan itu didasari dendam karena sering dijelek-jelekkan oleh korban. Menurut penuturan Nang, dia sempat suka kepada si korban tapi tak berani mengungkapkan perasaan itu. Pembunuhan dilakukan karena penutup wajah atau topeng yang dikenakan Hendri saat berbuat jahat tersingkap.
"Karena panik, Hendri menahan leher si korban," kata Nang. Akhirnya korban tewas.
"Sempat korban ini teriak minta tolong 'tolong jangan bunuh aku' sambil terus manggil-manggil nama anak kecil itu dua kali. Tetap kami cekik lehernya sampai meninggal," kata Nang. Hendri pun membenarkan penuturan Nang.
Pengakuan itu mereka utarakan di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Sumsel, Kamis (28/3/2019).