Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Berastagi. Terung belanda (solanum betaceum) banyak ditemukan di dataran tinggi Tanah Karo. Tanaman bernilai tinggi ini masih diminati di pasar yang diolah menjadi kuliner andalan.
Indra Sembiring, salah satu petani yang hinggi kini bertahan membudidayakan tanaman yang disebutnya Terung Japan. Ia menanm terung belanda di lahan seluas 2.000 meter dengan jarak tanam antara 1,5x1,5 meter.
"Tadi baru kita jual ke pasar buah. Rata-rata panen sekitar 300 kg per delapan atau 10 hari sekali. Harga jual per kilogramnya mencapai Rp 17.000. Lumayan untuk menambah kebutuhan dapur," ujar Indra kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (29/3/2019).
Sayangnya, kata suami Suriani Br Tarigan itu, tidak banyak petani yang membudidayakan tanaman ini. Tanaman terung belanda rentan terhadap serangan hama. Untuk menanamnya butuh ketekunan dan keuletan.
Ia mengatakan, masa buah tanaman ini sembilan bulan pasca tanam dan bisa dipanen dua sampai tiga kali panen.
“Terung belandanya sudah dijual sebanyak delapan kali ke Pajak Buah Berastagi,” ucapnya.
Indra Sembiring pun tak mempunyai kiat khusus dalam menanam tanaman terung belanda. Yang ia ketahui bahwa tanaman terung belanda kurang suka dengan racun rumput.
“Jadi dalam perawatan kita tidak boleh gegabah. Kalau dibandingkan menggunakan racun rumput dengan membabat, tentunya proses serta efisiensi waktu dan tenaga jauh berbeda. Namun dampaknya terhadap tanaman sangat berpengaruh. Jadi intinya hindari proses yang simpel-simpel saja dalam budidaya," terang Indra.
Dalam pemupukan, baik secara kimiawi ataupun juga pupuk kandang, pria yang sudah memiliki cucu ini, juga menyatakan lebih baik sedikit-sedikit tetapi rutin, dari pada sesekali namun banyak.
"Saya juga tidak tahu betul mengapa demikian, tetapi itulah adanya dan maunya. Basic saya juga bukan dari pertanian. Jadi ilmu yang diperoleh dari pengalaman hasil observasi sekaligus dan uji coba," lanjutnya.