Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Beijing. Menjalani badah puasa Ramadan di negeri orang memiliki kesan yang berbeda dibandingkan saat berpuasa di tanah air. Seperti berpuasa saat Ramadan di Beijing, ibukota Cina. Waktunya jauh lebih lama yakni sekitar 16 jam. Sementara di Indonesia hanya sekitar 13 jam
Jika di Medan, Sumatra Utara dan di daerah-daerah lain di Indonesia suara pengajian dan azan terdengar mengalun bergantian jelang masuk waktu salat fardu, lalu semarak dari menara suara bilal saat shalat tarawih, dilanjutkan tadarus maka tidak demikian halnya di Beijing.
Negara berpenduduk terpadat di dunia itu pada Ramadan sama seperti hari hari lain. Tentu saja bisa dimengerti karena penduduknya mayoritas non muslim atau penganut agama Budha. Suasana kehidupan berjalan seperti hari biasa. Baik siang maupun malam.
Namun, tak berarti tak ada nuansa Ramadan. Jika rindu alunan azan dan tilawah Quran, serta suasana puasa, datanglah ke sekitar kawasan Masjid Niujie, masjid tertua di China di Distrik Xuanwu di tengah Kota Beijing. Masjid Niu Jie dibangun pada 996 dan menjadi pusat komunitas umat Islam di Beijing yang jumlahnya sekitar200 ribu orang.
Di kawasan ini, mayoritas penduduknya Cina Islam. Selain sebuah masjid tua yang masih terawat baik, di jalan seberang masjid terdapat dua pusat perbelanjaan muslim, namun yang paling besar adalah Muslim Market.
Di Muslim Market inilah, warga Beijing yang beragama Islam memenuhi kebutuhan hariannya. Di lantai satu terdapat barang barang kebutuhan dan semuanya halal, sedangkan di lantai atas terdapat food market aneka makanan halal tetapi dominasi makanan Cina.
Ada juga kebab dan makanan Arab yang bisa jadi pilihan pengunjung jika lidahnya tidak cocok dengan masakan Cina. Yang netral tentu saja mie istant halal. Selain murah, porsinya juga jumbo. Sangat menolong bagi wisatawan muslim untuk persediaan di kamar hotel terutama menu sahur.
Untuk diketahui banyak sayur dan masakan lain di restoran restoran termasuk di food market ini dihidangkan dingin dingin dari freezer. Aneh ya? Tapi mereka sudah biasa makan sayuran dingin, tidak seperti di Indonesia yang selalu disajikan hangat hangat. Saat medanbisnisdaily.com tiba, sebagian stan sudah buka melayani pengunjung yang membawa pulang makanan untuk berbuka.
Seperti kita di tanah air yang senang berbuka dengan yang manis sesuai anjuran Rasulullah SAW, warga Muslim di Beijing baik asli Cina maupun ekspatriat dari Timur Tengah dan negara lain termasuk Indonesia juga melakukan hal yang sama. Mereka sampai harus antrian panjang di sebuah toko di sebuah ruko tua tapi terawat hanya beberapa meter dari Muslim Market untuk membeli kue kue dan roti-roti kecil khas Cina dan dijual murah. Konon toko kue ini sangat masyhur karena kelezatannya.
Sedangkan pedagang lain seperti pedagang daging sapi dan kambing ada di dalam ruko rumah toko (ruko) di seberang masjid. Sapi dan kambing digantung dan di dalamnya sangat bersih. Hal menarik lainnya, tidak ada orang berjualan di atas kaki lima seperti di tanah air di kawasan ini.
Ada pemandangan unik, perempuan-perempuan muslim yang bekerja di super market maupun toko-toko muslim semuanya mengenakan topi lobe seperti
yang biasa dikenakan haji. Sama halnya kaum prianya.
Jangan kaget jika waktu berpuasa di Beijing sangat lama yaitu 16 jam. Berbuka lebih lama karena siang hari di Beijing memang lebih lama sementara malamnya lebih cepat. Sholat Subuh di Beijing pada bulan Mei adalah jam 03 an pagi waktu setempat sedangkan waktu Magrib/berbuka jam 19 lewat atau jam 7 malam . Bahkan pada seminggu terakhir Ramadan waktu berbuka lewat dari setengah delapan malam. Jadwal waktu puasa tersebut akan terus maju semenit. Pukul 19.00 di Beijing pemandangan masih terang seperti pukul 5 sore sementara pukul 4 pagi sudah terang seperti pukul 7 pagi. Pemandangan gelap malam baru terasa di di atas jam 8 malam.