Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dewasa ini tantangan menjadi seorang guru dirasa semakin berat. Bila salah menerapkan pola didik, bisa-bisa hal yang tak diinginkan terjadi. Seperti yang dikisahkan Ramses Sihotang, salah seorang mantan guru di salah satu STM yang ada di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.
"Enggak tahan aku, enggak sampai setahun, aku keluar. Sejak itu aku trauma jadi guru," katanya kepada medanbisnisdaily.com, saat berjumpa di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Medan, Jalan Iskandar Muda, Medan, Senin (8/7/2019).
Ramses yang tengah mengurus berkas kependudukan anaknya itu, menceritakan pengalamannya dan peristiwa yang dia saksikan sendiri selama mengajar di sekolah itu.
"Pernah ada guru yang menampar siswanya. Hari itu juga orang tua siswa itu datang bawa golok mencari si guru. Kalau tak ditahan, mungkin kawan itu sudah lewat," cerita Ramses.
Kisah menyedihkan lainnya ketika 35 orang siswa dinyatakan tidak lulus UN, para siswa membakar dua kelas. Peristiwa itu terjadi sekitar 2007-2008.
"Aku sendiri kalau tak pintar-pintar bisa kena. Pernah ada siswaku merokok dalam kelas, daripada risiko samaku mending, kubiarkan sajalah," ujarnya.
Menurut alumni Unimed 2007 ini, sekarang memang tak boleh lagi guru mendidik dengan kekerasan, sekalipun menurut kita masih wajar. Sekarang juga tidak ada lagi istilah siswa-guru. Yang ada pertemanan.
"Pernah kejadian gitu. Waktu itu ada siswa ditegur dan dijewer gurunya. Begitu pulang sekolah, guru itu ditungguin siswanya. Siswanya bilang, kalau di sekolah bapak guruku, tapi di luar lain ceritanya," kata Ramses menirukan omongan siswanya itu.
Lanjut Ramses, si siswa itu pun menantang guru itu di hadapan guru-guru lainnya. Beruntung kejadian itu dapat dilerai guru-guru lainnya. "Gak bisa lagi kayak dulu. Kalau mau aman, siswa harus dianggap jadi teman," kata Ramses.