Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Sebagian masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai Sekundur/Tenggulun di Kecamatan Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh dan masyarakat di Desa Halaban, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, mencari nafkah dengan mencari batu koral di sepanjang aliran sungai tersebut. Rezeki mereka bisa bertambah jika sering terjadi banjir, atau debit air bertambah yang turun dari puncak pegunungan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menyeret batu turun ke bawah.
Sungai Sekundur dan Tenggulun sebagai pembatas wilayah Kabupaten Langkat dan Aceh Tamiang ini banyak menghasilkan batu-batuan. Mulai dari kerikil sungai, batu koral besar dan batu koral mangga.
Seperti yang diungkapkan Tika (30), perempuan yang bermukim di pinggiran Sungai Tenggulun di Gunung Pandan, Dusun Gunung Pandan, Desa Selamat, Kecamatan Tenggulun, Aceh Tamiang. Ia mengatakan, jika sungai tidak sering banjir, penghasilan mengumpulkan bebatuan koral hanya setengah meter kubig (m3), namun jika sungai sering terjadi banjir penghasilannya bisa 1 - 1,5 m3.
"Kalau habis banjir, dan sungai sudah menyusut airnya, maka banyak menimbulkan batu yang terbawa arus, masyarakatpun ramai memungut batu yang ada disungai, bisa 1 - 1,5 kubig/hari. Tetapi kalau sungai tidak sering banjir maka batu - batu yang bisa dikumpulkan paling 1,5 kubig," ungkapnya, Selasa (9/7/2019).
Dijelaskannya, setiap kubignya batu yang dikumpulkan dijual Rp 130.000. "Rp 130.000/kubig ini sudah di atas truk. Kami kumpulkan batu, maka pembeli dengan truk, kami yang memuatnya ke atas truk," jelasnya.