Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Bukalapak beberapa hari lalu mengumumkan efisiensi perusahaan dengan pemangkasan jumlah pegawai. Efisiensi dilakukan agar perusahaan bisa menjadi startup yang memperoleh keuntungan.
Namun, kondisi tersebut dinilai sebagai dampak ketatnya persaingan bisnis di era digital.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menjelaskan dengan melambatnya kondisi ekonomi global yang mempengaruhi suntikan dana dari investor fenomena 'goyang' nya startup berstatus unicorn merupakan suatu keniscayaan.
"Ada musim semi dan akan ada musim gugur. Sebagian besar startup akan kalah bersaing dan akan tutup tetapi mereka akan digantikan oleh startup baru," kata Piter.
Dia menjelaskan, hal ini merupakan proses alami yang tak perlu digaduhkan.
Sementara itu peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara menjelaskan hal ini merupakan peringatan untuk pemerintah yang menjadi pengambil kebijakan untuk pertumbuhan ekonomi.
"Ini warning, sektor ritel kan di ujung dari rantai pasok. Artinya pemerintah perlu memperhatikan jangan-jangan di hulunya sudah lama terjadi PHK diam-diam," kata Bhima.
Dia mengungkapkan kondisi ini bisa mendorong pelemahan daya beli dan pertumbuhan ekonomi. Menurut Bhima, PHK yang terjadi di Bukalapak mematahkan teori bahwa shifting besar-besaran dari konsumsi ritel konvensional ke ritel online.
Faktanya, menurut Bhima sama-sama berat baik pemain konvensional maupun online. "Konsumsi rumah tangga memang rendah yakni di kisaran 5%, kemudian kelas menengah dan atas yang tadinya diandalkan untuk mendorong konsumsi akhirnya terpaksa menahan belanja," jelas dia.
Kemudian konsumen juga khawatir dengan isu resesi ekonomi global, perang dagang dan rendahnya harga komoditas. dtc