Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Kejelian menangkap peluang amat diperlukan bagi mereka yang ingin menjajal bisnis. Seperti yang dilakukan Leony Nelwan, owner dari Homwok Label. Dia menggeluti bisnis beromzet puluhan juta dengan menjual totebag dengan sentuhan tambalan kain perca.
Leony sang owner Homwok Label, mengatakan ide bisnis yang dia geluti berawal dari ketidaksengajaan. Kala itu dia menambal pakaian dan celananya dengan kain perca sisa produksi. Tak disangka, itu dilihat dan disukai oleh teman-temannya.
Pada suatu ketika teman-temannya meminta jasa darinya untuk menambal pakaian yang divariasikan dengan teknik menjahit ala sashiko. Akhirnya dia berpikir untuk membuat produk menggunakan variasi patch kain perca dan variasi sashiko, menjadi produk yang berguna dan berbeda. Dia memilih item produknya yang dijual adalah totebag.
"Saya kan suka lihat-lihat fashion, update-update fashion, terus saya coba kok ini bagus nih teknik yang patch dikombinasikan dengan sashiko. Akhirnya dicoba buat dan mulai buatnya dari pakaian sendiri," kata dia saat berbincang dengan detikcom ditulis Senin (30/9/2019).
Menerima banyak permintaan untuk mengkustom barang-barang milik temannya, dia mulai kewalahan karena terlalu banyak. Akhirnya dia disarankan oleh temannya untuk membuat produk jadi lalu dijual. Dengan begitu, customer tinggal beli apa yang sudah ada.
Dia menjelaskan sebenarnya tren patch kain perca dan sashiko sudah lumayan lama. Namun tidak banyak penjahit yang mau menggelutinya. Mungkin menurutnya dikarenakan memproduksi itu tidak hanya butuh keahlian menjahit tapi juga ketelatenan. Padahal itu memiliki nilai jual.
"Barang yang tadinya cuma simpel terus sebenarnya mereka nggak mau pakai lagi gitu, sudah berpikir ini sudah ada robek nih, setelah divariasikan, dikombinasikan sama patch dan sashiko jadi satu barang yang baru dan punya nilai fashion yang berbeda," terangnya.
Bicara soal modal bisnis yang dia geluti bisa dibilang tak butuh merogoh kocek dalam-dalam. Dia hanya menggelontorkan uang Rp 3 juta saja untuk membeli bahan totebag dan alat produksi. Sementara kain tambalannya dari sisa-sisa produksi.
"Saya beli bahan, bahan untuk dasar buat totebag itu ya. Jadi saya pakai kanvas. Jadi saya beli bahan kanvas sama modal buat produksinya, itu saja. Tapi kalau untuk patch-nya sendiri saya pakai sisa-sisa hasil produksian," terangnya.
Hasil produksi itu kemudian dia jual seharga Rp 120 ribu sampai Rp 169 ribu. Segmentasi yang dia bidik adalah kalangan anak muda usia 16 sampai 25-26 tahun, yaitu mulai dari anak SMA sampai ke mahasiswa.
Usahanya itu membuahkan hasil yang tidak mengecewakan. Dia mengaku per bulan dia bisa mengantongi omzet antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta.
"(Omzet) per bulan itu saya bisa sampai Rp 15 juta sampai Rp 20 juta," tambahnya. dtc