Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Fasilitas bebas bea masuk ke Amerika Serikat (AS) atau Generalized System of Preferences (GSP) tak jadi diperpanjang bulan Desember 2019. Hingga saat ini, Indonesia masih belum mendapat kejelasan apakah akan memperoleh fasilitas menggiurkan tersebut lagi dari AS.
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan, beberapa persoalan yang masih didiskusikan dengan AS hampir selesai.
"Jadi sampai dengan sekarang ini sedang dalam tahap yang hampir komplit. Mungkin ada beberapa isu lagi yang kami coba rapikan, kami coba sempurnakan sambil juga kita merealisasikan isu ini dengan USTR (United State Trade Representative/Kementerian Perdagangan AS)," kata Jerry di kantornya, Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Adapun isu-isu tersebut salah satunya terkait lokalisasi perusahaan AS yang hendak membuka cabang di Indonesia.
"Salah satunya lokalisasi data. Tapi itu hampir mencapai titik terang," imbuh Jerry.
Selain itu, menurut Jerry, salah satu penyebab molornya perpanjangan GSP ini karena libur panjang di AS. Sehingga, ia menargetkan bulan ini fasilitas tersebut sudah dapat dinikmati eksportir Indonesia.
"Kemarin kan liburan mereka. Di Amerika kan Natal libur, Tahun Baru juga libur. Jadi mudah-mudahan Januari ini," papar Jerry.
Sebagai informasi, AS melakukan evaluasi terhadap pemberian GSP. Evaluasi atau yang disebut country review tersebut dilakukan, sebab AS merasa bahwa neraca dagangnya defisit atas produk-produk ekspor dari Indonesia.
Sebelumnya, Direktur Perundingan Bilateral Kemendag, Ni Made Ayu Marthini menjelaskan bahwa AS juga merupakan pihak yang diuntungkan dalam program ini. Ia membeberkan, pada September 2019 saja industri AS dapat menghemat tarif impor hingga US$ 80 juta atau sekitar Rp 1,12 triliun.
"Yang untung sebetulnya dua-duanya. Jadi menurut data Amerika, September 2019 itu importir Amerika menghemat atau dia tidak perlu bayar duty US$ 80 juta. Jadi sebetulnya untung dia, jadi barangnya lebih murah. Jadi kita juga ekspor lebih murah, dan mereka impor lebih murah, jadi win-win sebetulnya," tutur Made di kantor Kemendag, Jakarta, Senin (25/11/2019). dtc