Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar tak ada lagi yang ribut karena perbedaan data pangan. Apalagi, saat ini lewat kerja sama antar-Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah merilis satu data pertanian yang utamanya mengenai luas lahan baku sawah.
"Sekarang kita mainnya data. Semestinya ke depan kita tidak akan terjadi berkelahi lagi soal impor beras atau pangan lainnya," kata Luhut di kantor Kementan, Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Menurut Luhut, data terkait pangan ini sangat krusial bagi kehidupan masyarakat. Ada 267 juta jiwa yang perlu diurusi perutnya. Sehingga, satu data yang dirilis dari kerja sama Kementan, Kementerian ATR/BPN, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dinilainya sebagai sinergi yang baik.
"Masalah pertanian itu melibatkan 267 juta perut orang, itu bukan urusan yg mudah. Jadi big data ini menurut saya sangat penting. Dan saya bahagia sekali mendengar BPPT, BPS, perguruan tinggi dilibatkan. Kita harus kerja team work. Tidak bisa tidak kerja team work," ujar Luhut.
Ia menuturkan, teamwork ini sudah dicontohkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak menjabat sebagai orang nomor 1 di Indonesia pada tahun 2014.
"Saya ingin kasih kesaksian pada Anda, selama 6 tahun Joko Widodo kerja memimpin kami, beliau memberikan contoh. Tidak ada main macam-macam. Nah mungkin banyak teman-teman sekalian melihat bahwa Presiden Jokowi bukan dari kalangan elit. Dia datang dari kampung jadi Presiden tiba-tiba kaget semua. Dan memang itu yang terjadi. Tapi kemudian beliau selama 6 tahun ini, saya kira Pak Sofyan (Menteri ATR/BPN) dan saya ikut melihat bagaimana beliau menunjukkan kelasnya," papar Luhut.
Ia juga mengingatkan Mentan Syahrul Yasin Limpo untuk tetap bekerja dengan menjunjung ketauladanan seperti Jokowi. Sehingga, tak ada bawahannya yang berani macam-macam dalam mengelola sektor pertanian negeri ini.
"Kalau Anda sebagai pemimpin memberikan contoh ketauladanan, pasti anak buahmu itu nurut, dan akan malu untuk main aneh. Dan itu zaman sekarang dengan 5G, ketauladanan makin jadi penting. Kenapa? karena orang bisa lihat benar nggak nih bosku ini ngomong sesuai dengan perbuatan," pungkas Luhut.
Sebelumnya diketahui, kisruh soal data pangan ini pernah terjadi pada periode pertama Presiden Jokowi. Saat itu, terjadi kisruh antara Kementerian Pertanian, Kementerian Perdangan, dan BPS terkait impor beras yang berbeda data.(dtf)