Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Angka infeksi kasus virus Corona di Indonesia terus meningkat setiap hari. Penambahan harian diperkirakan berada di kisaran 200-400 kasus. Hingga hari ini tercatat terdapat penambahan 415 kasus baru sehingga total infeksi COVID-19 di Indonesia pada Selasa (28/4/2020) menjadi 9.096 orang.
Disebutkan oleh Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr Ede Surya Darmawan, SKM, MDM, melihat peningkatan kasus dari awal April ke akhir April, setiap 7 hari terjadi kenaikan kasus baru sebanyak 4 kali lipat. Sebagai perbandingan, di wilayah ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua kasus terbanyak virus Corona.
"Di ASEAN, data Indonesia di bawah Singapura tapi lihat angka kematiannya. Singapura itu yang meninggal hanya 14 dari 14 ribu artinya 0,01. Kemampuan testing kita hanya 275 dari 1 juta penduduk, Singapura jauh lebih banyak. Negara lain, Vietnam saja testing-nya jauh, yang lebih miskin lagi misalnya Kamboja, tes 701 per 1 juta penduduk," jelasnya dalam webinar yang diselenggarakan pada Selasa (28/4/2020).
Berikut jumlah kasus virus Corona di beberapa negara ASEAN per Selasa (28/4/2020):
Singapura 14.423 kasus, sembuh 1.095, meninggal 14
Indonesia 9.511 kasus, sembuh 1.254, meninggal 773
Filipina 7.777 kasus, sembuh 932, meninggal 511
Malaysia 5.820 kasus, sembuh 3.957, meninggal 99
Thailand 2.931 kasus, sembuh 2.609, meninggal 52
Vietnam 270 kasus, sembuh 225, meninggal 0
Brunei Darussalam 138 kasus, sembuh 124, meninggal 1
Kamboja 122 kasus, sembuh 119, meninggal 0
Myanmar 146 kasus, sembuh 16, meninggal 5
Laos 19 kasus, sembuh 7, meninggal 0
Timor Leste 24 kasus, sembuh 2, meninggal 0
"Ini berarti bahwa sistem kesehatan kita tidak kuat-kuat amat untuk menerima pasien COVID-19. Maka dari itu segala cara harus kita lakukan untuk memutus penularan," sebutnya.
Salah satu faktor risiko yang memperbesar risiko tertular virus Corona adalah kebiasaan merokok. Di Indonesia dengan jumlah perokok aktif mencapai 70 juta jiwa, tanpa pengendalian rokok yang masif, maka angka kasus COVID-19 ke depannya akan lebih banyak. Selain itu dijelaskan pula bahwa pasien yang merokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi dan meninggal karena COVID-19.
"Penelitian menunjukkan merokok meningkatkan risiko COVID-19 dan ada penularan lewat tangan. Risikonya 14 kali lebih tinggi dibanding yang tidak merokok. Karena itulah IAKMI menyeru pengendalian rokok harus dimasukkan ke dalam pencegahan COVID-19," pungkasnya.(dth)