Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indonesian Maritime Pilots’ Association (Inampa) mendesak pemerintah meningkatkan keselamatan maritim bagi kapal-kapal yang bernavigasi di Selat Malaka dan Selat Singapore melalui pemanduan kapal, mengingat beberapa hari belakangan ini tejadi kandasnya kapal MV Shahraz berbendera Iran, dan MV Samudera Sakti 1 berbendera Indonesia.
Hal itu dikemukakan President Inampa, Pasoroan Herman Harianja kepada sejumlah wartawan dalan acara jumpa pers dan berbuka puasa bersama di Restoran Sajian Bhinneka Medan, Selasa (19/5/2020) malam.
Disebutkan, MV Syahran yang teregistrasi dalam IMO (International Maritime Organisation) No 9349576 mengalami kandas di atas karang berakit di dekat jalur TSS East Bound pada posisi 0111283’N 10352876’E , dan kapal MV Samudera Sakti 1 IMO No 9238258 juga kandas di atas karang batu berakit pada posisi sekitar 300 yards sebelah Selatan MV Shahraz , dekat jalur TSS East Bound Selat Singapore pada posisi 0111116’N- 10352950’N.
"Peristiwa kandasnya kedua kapal ini terjadi pada 10 dan 11 Mei 2020, kejadian ini sangat disayangkan, karena lokasi tersebut padat traffic dan tersedia layanan pandu baik dari Pelindo 1 yang menyelenggarakan pemandu di Selat Malaka, dan BUP lainnya yang telah mendapat pelimpahan dari pemerintah, ujar Herman didampingi Vice President Bidang Hubungan Antar Lembaga/Hubungan Internasional. Capt Syamsul Bahri Kautjil, M dan Pandu Selat Malaka, Capt Apri Hutagalung dan Biro Hukum Sihar HP Sihite.
Kandasnya kapal di kedua selat yang masuk dalam wilayah perairan Indonesia ini, bukan yang pertama, karena peristiwa serupa pada tahun-tahun sebelumnya juga pernah ternyadi.
"Kami mendesak pemerintah menjadikan jalur tersebut dijadikan perairan wajib Pandu guna meningkatkan keselamatan berlayar bagi kapal-kapal yang sedang bernavigasi," sebut Master Maritime tersebut.
Dikatakan Herman, jalur Selat Malaka dan Selat Singapore dilalui hampir 200 kapal setiap hari dari berbagai ukuran dan jenis kapal yang sangat rentan terhadap kecelakaan maupun kandas ataupun jenis kecelakaan lainnya yang membawa efek negatif terhadap lingkungan, orang, perdagangan dan kapal itu sendiri.
"Pemanduan di Selat Malaka dan Selat Singapore terus didorong penerapannya, termasuk di ALKI (Alur Lintas Kapal di Indonesia) I, II, dan III untuk meningkatkan keselamatan bernavigasi di perairan Juridiksi Indonesia. Karena 40% perdagangan maritime dunia melalui perairan Indonesia. Dengan demikian peranan Maritime Pilot menjadi sangat vital untuk meningkatkan aspek keselamatan, security, sosial, politik, ekonomi dan lingkungan," ujarnya.