Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Abdurrahman Manik, pengelola Taman Wisata Kera Sibaganding di Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, curhat soal taman kera itu yang mulai terabaikan dan kurang perawatan. Penyebabnya, kata Abdurrahman, kepada Wakil Gubernur Sumut, Musa Rajekshah, yang datang berkunjung ke sana, Kamis (20/08/2020), salah satunya karena semakin minimnya kunjungan masyarakat. Dampaknya, kera-kera yang selama ini dimanjakan dengan makanan yang diberikan oleh pengunjung harus kehilangan makanannya
Sehingga tak heran, kata Abdurrahman, jika banyak kera harus turun ke pinggir jalan mencari makanan. Bahkan ada di antara mereka yang mati tertabrak. Ia kasihan, tetapi juga tak bisa berbuat apa-apa karena tidak punya biaya untuk makanan mereka.
"Terkadang saya sama mama harus kumpuli pisang atau roti-roti bekas dari pajak untuk kasih makan mereka," ujar Abdurahman, penerus ayahnya, Umar Manik, untuk mengelola taman kera itu.
Di tahun 2000-an, kata dia, Taman Wisata Kera ramai pengunjung setiap bulan. Masyarakat menjadikan taman itu sebagai destinasi wisata lain sebelum ke kota wisata Parapat. Hal itu pula yang mendorong Pemkab Simalungun untuk ikut serta mengelola kawasan tersebut.
Setelah menggantikan peran ayahnya, Umar Manik yang mulai sakit-sakitan pada 2011, Abdurrahman sangat ingin serius mengelola Taman Wisata Kera ini. Apalagi Taman Wisata Kera Sibaganding masuk kedalam Geo Area Porsea Geopark Kaldera Toba.
Sementara itu, Ijcek, sapaan akrab Musa Rajekshah, berharap Taman Wisata Kera Sibaganding ini bisa dikembangkan lagi sehingga dapat menarik banyak pengunjung. Untuk itu, akan ada bantuan yang diberikan guna menunjang logistik pangan dan infrastruktur lainnya di kawasan wisata ini.
"Kita harusnya lebih memberikan perhatian lagi, karena ini adalah salah satu objek wisata dan keterbatasanya adalah pakan yang tersedia untuk kera-kera ini. Nanti kita akan lihat bagaimana peran Pemerintah Provinsi Sumatra Utara bersama Kementerian Kehutanan yang ada di sini untuk bisa memberikan bantuan nantinya," ujarnya.
Ia berkunjung ke taman kera itu untuk melihat langsung kondisi terkini di lapangan objek wisata yang akhir-akhir ini sudah jarang dikunjungi wisatawan itu. Ijeck takjub melihat kawasan wisata kera yang berada di hutan lindung Sumut ini.
"Iya saya sangat takjub dengan kondisi alam kita ini. Biasanya kan Siamang ini liar berada di alam bebas, tapi di sini tadi kita menunggu sekitar 20 menit setelah ditiup tanduk kerbau khas milik Abdurrahman akhirnya Siamang hadir di depan kita dan juga tadi ada beruk," ungkapnya.
Ijeck juga mengapresiasi Abdurrahman pengelola Taman Wisata Kera itu."Ini luar biasa Pak Abdurrahman. Sangat serius mengelola dan memelihara kera-kera dan juga siamang yang berada di kawasan ini. Ini merupakan salah satu objek wisata yang ada di kawasan Geopark Kaldera Toba. Para wisatawan juga bisa singgah sebentar untuk melihat kawasan wisata kera ini sebelum tiba di Parapat," tambah Ijeck.
Sementara itu, Kepala Seksi Program dan Evaluasi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Aek Nauli, Ali Imron, mengatakan kawasan wisata kera ini lebih dulu ada ketimbang wisata trekking, camping dan penangkaran gajah Aek Nauli.
Menurut Imron, kera-kera tidak seharusnya berada di pinggir jalan menuju Parapat. Kera selayaknya berada di hutan. Untuk itu, taman kera diharapkan dapat menjadi tempat kembali kera-kera yang berada di pinggir jalan itu. "Harapannya, kera dan monyet di pinggir jalan itu kembali ke hutan," kata Imron.*
Kembali ke Abdurrahman. Ia memang sudah melekat betul dengan kawasan itu. Sewaktu Abdurrahman habis meniup tanduk kerbau, kera-kera pun satu-satu bermunculan. Ada yang datang dari pepohonan dan ada juga yang lewat jalanan semen yang kondisinya mulai terselimuti lumut.
Di antara mereka tampak seekor yang bertubuh besar dan bertaring tajam. Bawaannya tenang dan mata tajam lebar, memandang daerah sekitarnya. Sedangkan kawanan lainya tampak lebih agresif mendekati para pengunjung yang memegang bungkusan kacang tanah.