Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pandemi Covid-19 yang memaksa India memberlakukan lockdown, membuat ekonomi negara tersebut terkontraksi. Dalam rilis kemarin, India melaporkan bahwa pertumbuhan ekonominya di triwulan II-2020 minus sebesar 23,9%. Padahal India sebelumnya disebut-sebut sebagai negara dengan motor pertumbuhan ekonomi tinggi, bahkan akselerasi pertumbuhannya mampu disandingkan dengan Cina.
Dengan kontraksi sebesar 23,9% di triwulan II-2020, Indonesia terutama Sumatra Utara (Sumut) harus mulai waspada. Ekonomi minus tersebut menjadi alarm bahaya untuk Sumut karena India menjadi mitra dagang strategis.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, di tahun 2019, India menduduki tempat ketiga negara tujuan ekspor Sumut. Peringkat pertama dan kedua diduduki oleh Cina dan Amerika Serikat (AS). Namun, Sumut mencatatkan transaksi minus berdagang dengan Cina, karena impor Sumut dari Cina lebih besar dibandingkan ekspor Sumut ke negara tersebut.
Sementara ke AS, Sumut memang membukukan surplus, karena ekspor masih lebih besar dibandingkan impor. Namun untuk India, Sumut untung alias surplus dan sekaligus India menjadi salah satu negara tujuan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Sumut terbesar.
Tren konsumsi CPO India belakangan kerap mengalami kenaikan. Makanya sudah saatnya Sumut harus waspada dengan kontraksi ekonomi di negara tersebut. Sejauh ini berdasarkan setteleman harga di akhir bulan Agustus, CPO masih ditransaksikan di atas RM 2.700/metrik ton.
"Masih cukup bagus, dan bisa mengkompensasi penurunan ekpor CPO yang turun secara kuantitas, namun diperkirakan tetap akan naik secara nominal," kata Gunawan, Selasa (1/9/2020).
Mengingat ekonomi Sumut sangat bergantung dari sawit, maka sudah semestinya Sumut mewaspadai kemungkinan buruk yang timbul dari dampak terpukulnya ekonomi India. Terlebih lagi, 10 mitra dagang Sumut sejauh ini berpeluang masuk ke dalam jurang resesi. Hanya Cina yang sejauh ini mampu keluar dari resesi.
Hasil perhitungan sejauh ini, pertumbuhan ekonomi Sumut di triwulan III nantinya akan bergerak minus 0,2% hingga minus 0,8%. Jika ekonomi negara tujuan ekspor Sumut kian memburuk, bukan tidak mungkin nantinya pertumbuhan ekonomi Sumut bisa terpuruk di atas 1%.
"Besar kemungkinan saya juga akan merevisi target pertumbuhan ekonomi tersebut. Kita tunggu sebulan lagi untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas nantinya," kata Gunawan.