Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Rencana penyuntikan vaksin Corona di Tanah Air semakin dekat. Setidaknya dalam rentang akhir tahun ini hingga awal 2021 mendatang, rencana vaksinasi telah dijadwalkan.
Tim dari BPOM, Kementerian Kesehatan, MUI, dan Bio Farma sendiri akan bertolak ke China pada tanggal 14 Oktober mendatang untuk melihat kualitas fasilitas produksi dan kehalalan vaksin produksi Sinovac dan Cansino. Kehalalan vaksin Sinovac dan Cansino akan dijamin melalui partisipasi MUI dalam proses pengujian data, begitu juga dengan kehalalan vaksin G42/Sinopharm.
Namun ada dua jadwal yang berbeda terkait pelaksanaan vaksinasi di Tanah Air.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan pelaksanaan vaksin Corona akan dimulai bulan depan. Hal tersebut ditandai dengan persiapan fasilitas produksi sampai kehalalan vaksin.
"Pada tahap awal, kami akan memberikan prioritas vaksin kepada mereka yang di garda terdepan, yaitu medis dan paramedis, pelayanan public, TNI/Polri, dan seluruh tenaga pendidik" kata Terawan.
Disebutkan, jumlah vaksin COVID-19 yang akan diterima Indonesia beragam, bergantung dari kapasitas produksi dan komitmen perusahaan. Secara detail, Cansino menyanggupi 100 ribu vaksin (single dose) pada November 2020, dan sekitar 15-20 juta untuk 2021.
Sementara Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose) tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5 juta dosis mulai datang pada November 2020.
Sinovac sendiri menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020. Sinovac akan mengirim 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.
Sementara itu Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan eksekusi vaksin untuk penduduk Indonesia diharapkan bisa terealisasi pada awal tahun depan. Hal tersebut ditandai dengan persetujuan dari tiga negara asal vaksin tersebut diproduksi, yakni China, Inggris, dan Amerika Serikat.
"Saya rasa saya bukan ahlinya tapi saat ini sedang uji klinis 3, sehingga awal tahun depan seharusnya sudah mendapatkan approval dari FDE nya China, Inggris, Amerika Serikat, BPOM dan bisa mulai program early next year," kata Budi.
Dia menyebutkan memang untuk pembuatan vaksin rata-rata membutuhkan waktu 7 tahun dan paling cepat 4 tahun. Namun pandemi ini membuat seluruh dunia memberikan sumber-sumber penelitian untuk proses pembuatan vaksin sehingga produksi bisa lebih cepat.
Budi menyampaikan vaksin nantinya akan berada di bawah Kementerian Kesehatan. Namun memang masih banyak tantangan seperti pulau-pulau di Indonesia hingga daerah pelosok.(dtf)