Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Uni Eropa akan secara resmi menolak permohonan Inggris pada insentif khusus untuk ekspor mobil listrik dalam kesepakatan perdagangan pasca-Brexit.
Dilansir BBC, Kamis (14/10/2020) sebuah rancangan tambahan pada kesepakatan mengatakan mobil listrik dan tenaga hybrid hanya akan mendapatkan tarif nol jika sebagian besar nilai suku cadang berasal dari Eropa dan Inggris saja.
Bulan lalu, Inggris mengajukan proposal tunjangan khusus untuk ekspor mobil listrik. Pasalnya, dalam kasus mobil listrik dan hybrid, hanya sebagian kecil suku cadang yang berasal dari Inggris atau Eropa. Sementara itu, hingga 70% harus didapatkan dari tempat lain.
Beberapa ekspor mobil listrik dan hybrid Inggris ke Eropa tidak akan memenuhi syarat. Artinya tarif 10% akan berlaku mulai Januari.
Permintaan insentif khusus ekspor datang dari pabrik yang mengekspor mobil utama dari Inggris. Pasalnya mereka bergantung pada baterai listrik, sistem hibrida, dan teknologi lainnya, yang kebanyakan didapatkan dari Jepang.
Prof David Bailey, spesialis otomotif di Birmingham Business School dan Inggris, mengatakan saat ini Eropa sedang membangun rantai pasok kendaraan listrik. Paaalnya industri mobil di Eropa sudah mengalami perubahan.
"Industri mobil sedang mengalami perubahan mendasar, Uni Eropa melihat ancaman dari China, Korea dan Jepang, dan sedang mencoba membangun rantai pasokan kendaraan listrik di Eropa," ujar Bailey.
Rancangan lampiran yang hanya mengizinkan penggunaan aki mobil yang diproduksi baik di Eropa atau Inggris dalam perdagangan kendaraan bebas tarif antara keduanya akan berlaku hingga 2027. Kedua belah pihak berlomba untuk membangun pabrik besar dalam melayani permintaan kendaraan listrik yang melonjak.
Posisi UE akan mencegah Inggris menggunakan kesepakatan perdagangan untuk menjadi pusat perakitan lepas pantai untuk ekspor ke Eropa dengan sebagian besar menggunakan suku cadang Asia atau Amerika.(dtf)