Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Isu-isu dan tuduhan negatif terhadap sawit masih marak dan kerap diterima masyarakat dengan pemahaman yang keliru. Bukan hanya dari dalam negeri, isu negatif juga banyak yang berasal dari luar Indonesia dan umumnya tidak berdasarkan fakta objektif di lapangan. Isu ini muncul sebagai dampak dari persaingan dagang komoditas minyak nabati dunia.
"Sawit memang memiliki keunggulan komparatif dibandingkan minyak nabati lainnya seperti minyak kedelai, minyak rapesheed, minyak bunga matahari dan lainnya. Itu yang membuat isu negatif soal sawit masih marak," kata Direktur Utama (Dirut) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Eddy Abdurrachman, pada Fellowship Journalist & Training BPDP-KS, yang dilakukan secara virtual, Kamis (22/10/2020).
Sejumlah isu negatif yang 'menghantam' sawit Indonesia antara lain anggapan bahwa perkebunan dan industri sawit merupakan penyebab hilangnya hutan tropis, penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, isu minyak sawit tidak baik bagi kesehatan, isu penggunaan tenaga kerja anak di perkebunan sawit dan banyak lagi isu negatif lainnya yang dialamatkan kepada sawit.
Seolah bombardir dari luar belum cukup, terkadang tanpa disadari, beberapa kelompok masyarakat turut berperan dalam mengamplifikasi isu negatif tersebut di dalam negeri. Padahal, kampanye isu-isu negatif tersebut dalam jangka waktu yang lama telah memunculkan stigma negatif terhadap sawit sehingga sawit teralienasi dari masyarakat yang justru mengkonsumsinya setiap hari.
"Ini sungguh sebuah paradoks dimana komoditas hasil negeri sendiri yang memiliki manfaat begitu banyak, justru belum dipahami dan bahkan banyak dikritik oleh masyarakat dalam negeri sendiri. Dalam jangka panjang, isu-isu negatif ini akan merugikan perkebunan dan industri sawit nasional dan tentu akan berdampak pula bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia," kata Eddy.
Terkait gencarnya isu negatif tersebut, BPDP-KS ingin menjembatani gap informasi antara peran dan kontribusi sawit, dengan pengetahuan tentang sawit di masyarakat melalui media massa. Karena menyebarkan dan menyampaikan fakta-fakta objektif sawit sangat penting untuk perkebunan dan industri kelapa sawit di Indonesia.
Kegiatan Fellowship Journalist & Training BPDP-KS ini sendiri merupakan perhelatan yang kedua setelah pelaksanaan Batch I yang telah berlangsung pada bulan Juli 2020. Kegiatan ini merupakan wujud pelaksanaan tugas BPDP-KS dalam melakukan promosi perkebunan kelapa sawit, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2015 juncto Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 2018, guna meningkatkan pengetahuan terhadap signifikansi perkebunan kelapa sawit sebagai produk yang memiliki nilai strategis.
Sebagai komoditas strategis, kelapa sawit berperan besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik dari aspek ekonomi, sosial, dan ketahanan energi. Indonesia merupakan produsen terbesar minyak sawit di dunia. Produk kelapa sawit dan turunannya telah diekspor ke seluruh penjuru dunia dan merupakan komoditas penghasil devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.
"Jadi sangat ironis bahwa kemudian komoditas ini belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kerap diterpa isu negatif. Tentu kami berharap peran media dalam menyebarkan dan menyampaikan fakta-fakta objektif sawit sehingga tidak menjadi bahan black campaign terutama dari luar," katanya.