Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 273 juta membuat kebutuhan pangan sangat tinggi. Sayangnya, pertambahan penduduk tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan pangan. Hal ini tentu menjadi ancaman serius terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini.
"Jadi kita harus bisa benar-benar swasembada terutama beras. Ini harus digarisbawahi. Jika tidak, harus mencari dari Thailand dan Vietnam. Padahal di tengah pandemi, belum tentu mereka mau mengekspornya karena bisa jadi distok. Ini jadi ancaman kan? Karena itu swasembada ini harus dicapai. Tidak boleh sekadar di atas kertas," kata Ketua DPH Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon, pada Pelantikan DPD HKTI Sumut, Senin (26/10/2020).
Fadli mengatakan, perubahan cuaca yakni el nina juga sangat mempengaruhi produksi pertanian. Hal ini tentu akan ikut mempengaruhi stok pangan terutama beras.
Selain itu, Indonesia juga sudah mulai harus memulai 'off farm' tidak lagi hanya berkutat di 'on farm'. Seperti Vietnam yang kini sudah on farm padahal dulu belajar pertanian ke Indonesia. Sekarang justru Vietnam jadi eksportir besar di dunia. Ini jadi ironi karena sektor pertanian bukan prioritas lagi. Padahal sektor pertanian lebih tahan terutama di tengah pandemi ini.
"Penyerapan tenaga kerja sektor pertanian juga tingi. Jadi kalau kita sudah off farm atau masuk ke hilir, akan bisa meningkatkan pendapatan petani. Sehingga NTP juga akan naik yang saat ini masih di bawah 100. Jadi kesannya sekarang petani kerja bakti tapi tidak bisa meningkatkan pendapatan. Ini seperti jadi petani harus siap susah," katanya.
Fadli mengatakan, Indonesia memang tidak punya kebijakan pangan nasional. Karena kementerian yang membawahinya terlalu banyak dan sering kebijakannya saling bertentangan. Masalahnya pun selalu sama setiap tahunnya yakni benih, pupuk, akses terhadap permodalan dan lainnya.
Padahal kalau ada 'political will' sangat mudah maju. Dengan kondisi ini, petani akan sulit menjadi pelaku usaha.
Ke depan, di pandemi, sektor pangan juga masih rawan. Karenanya perlu satu terobosan untuk menjaga cadangan logistik harus ada. Jika tidak ada, mungkin Indonesia hanya mengandalkan dari Bulog. Padahal kadang datanya berbeda. Itu juga kadang membuat data untuk cadangan berbeda.
"Jadi ke depan, swasembada ini harus benar-benar dilakukan. Agar cadangan dan stok pangan kita aman terutama di tengah pandemi Covid-19 seperti ini," kata Fadli.