Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdsily.com-Belawan. Libur sekolah selama pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih enam bulan, menimbulkan dampak buruk yang tidak sedikit bagi anak. Selain ada di antara anak yang berani bunuh diri, karena tak sanggup mengerjakan soal-soal pembelajaran secara daring, tetapi tidak sedikit anak yang kini dieksplotasi sebagai badut demi mendapatkan uang.
Seperti yang dilakukan Alif (13), pelajar kelas VI salah satu sekolah negeri di kawasan Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Anak bungsu dari sembilan besaudara ini terjun ke dunia badut untuk mengamen di jalanan, demi mendapatkan uang untuk membantu kehidupan keluarga.
"Saya satu-satunya anak laki-laki dari sembilan bersaudara, delapan kakak saya semua perempuan, ada yang sudah bekelurga ada juga yang belum, sementara ayah merantau ke Aceh, sedang ibu sedang sakit di rumah," kata Alif memberikan alasan mengapa dirinya terjun mengikuti dunia badut.
Ironisnya, untuk menjadi badut, setiap anak harus menyetorkan Rp 50.000 dari hasil mengamen, karena sang koordinator badut telah menyediakan kostum badut yang tampak lucu dan sebuah pengeras suara yang diiringi suara musik.
Seharian Alif mengumpulkan uang harus lebih Rp 50.000 agar sisanya bisa di bawa pulang. Alif yang memakai baju badut mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB, setiap hari harus berjalan kaki di kawasan Kampung Lalang hingga Jalan Klambir V Kota Medan dan kawasan Tanjung Gusta hingga Tani Asri, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
Bagaimana bila dalam sehari tidak dapat mengumpulkan uang Rp 50.000?
Alif mengatakan, hari- hari pertama pemilik badut tidak marah dan hanya meminta sedikit uang untuk sewa baju dan pengeras suara. Namun tidak selamanya mengamen dengan memakai baju badut dan pengeras suara mendapat di bawah Rp 50.000. Kalau pintar menari kadang bisa mencapai Rp 100.000.
Pemerhati sosial yang juga psikolog pendidikan, Chairul Aini SPd MPsi kepada medanbisnisdaily.com, Senin (2/11/2020), mengatakan, apapun alasannya anak tidak boleh dieksplotasi sebagai badut untuk mencari uang dengan alasan ekonomi. Anak dalam masa pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk mengecap pendidikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan. Karena anak sebagai tanggungjawab bersama untuk menjadikannya sebagai insan yang berguna bagi bangsa dan negara di masa depan.