Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Guru Besar Universitas Negeri Medan (Unimed ), Prof Dr Sri Minda Murni MS mendesak pemerintah daerah (pemda) untuk segera mengadopsi kurikulum darurat. Kebijakan ini dibutuhkan untuk mengurangi beban mengajar guru, dan beban belajar siswa selama pandemi Covid-19.
Menurut dia, meskipun Kemdikbud sudah mengeluarkan kurikulum darurat, namun guru masih ragu menggunakannya. Hal itu disebabkan tidak adanya kebijakan yang tegas dari pemda.
”Yang terjadi di lapangan itu sekarang 3B. Guru bingung, siswa bosan, dan orangtua berang,” tutur Sri Minda Murni dalam webinar bertajuk Strategi Implementasi Kurikulum Darurat yang difasilitasi Gugah Nurani Indonesia (GNI) secara online, Sabtu (28/11/2020).
Sri Minda mengatakan, kebijakan penggunaan kurikulum darurat tidak cukup sebatas sosialisasi. Pemda harus menindaklanjutinya dengan pelatihan dan pendampingan kepada guru. Kedua kegiatan ini dibutuhkan agar guru mampu menguasai kurikulum darurat dan modul belajar.
”Sampai nanti guru mampu membuat modul sendiri. Karena sesungguhnya modul terbaik itu adalah buatan guru. Bagaimanapun mereka yang paling tahu kondisi nyata siswanya,” tambahnya.
Country Director Yayasan Gugah Nurani Indonesia (GNI) Setyo Warsono mengatakan, dibutuhkan langkah cepat untuk mengurangi beban belajar anak. GNI berkomitmen mendukung Kemdikbud untuk mensosialisasikan kurikulum darurat.
Selain itu GNI juga akan memberikan dukungan teknis kepada pemda agar mampu menggunakan kurikulum darurat. Pelatihan dan pendampingan kepada guru akan dilakukan dalam waktu dekat.
Topik penggunaan kurikulum darurat kembali mencuat seiring banyaknya protes dari orangtua dan siswa terhadap beban belajar selama PJJ.
Ketidakmampuan guru secara mandiri untuk mengurangi kompetensi dasar, mendorong Kemdikbud untuk mengeluarkan kurikulum darurat. Namun belum semua guru mengetahui dan menggunakan kurikulum darurat. Minimnya sosialisai dan tidak adanya arahan dari pemda, menjadi penyebab kurikulum darurat belum dimanfaatkan secara luas.