Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Perusahaan Daerah Air Minun (PDAM) Tirtanadi Sumatera Utara tidak hanya fokus bisnis air minum. BUMD milik Pemprov Sumut itu fokus juga menjalankan bisnis air limbah.
Hal itu ditunjukkan lewat program pengelolaan air limbah perpipaan (eksisting) maupun yang nonperpipaan yaitu Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2).
Dan hadirnya program L2T2 itu, juga semakin menunjukkan sikap Tirtanadi yang ikut berkomitmen sejak awal memerangi angka stunting (pertumbuhan balita tidak wajar) di Sumut.
Hal itu Direktur Air Limbah, Fauzan Nasution, ujar Fauzan dalam safari jurnalistik dan sosialisasi L2T2 di Kantor Cabang Cemara PDAM Tirtanadi, Jumat (18/12/2020) sore.
Sebagaimana diketahui, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, menunjukkan prevalensi stunting di Sumut 32,4 %. Sedangkan tahun 2019, prevalensi menurun tipis menkad Sumut 30,11 %.
Bayangkan jika limbah rumah tangga tidak ditangani, kata Fauzan, akan meresap ke tanah, yang kemudian mencemari air bawah tanah. Sementara air bawah tanah turut dikonsumsi masyarakat. Sehingga berpotensi meningkatnya stunting.
Karenanya kehadiran program L2T2 Tirtanadi, menjadi sangat penting untuk menyelamatkan balita dari bahaya stunting. "Namun dengan L2T2, tentu menjadi solusi karena membuat limbah tidak terbuang ke tanah," ujarnya.
Selain itu, pentingnya membersihkan limbah lewat L2T2, juga menjadi solusi akan lingkungan hidup yang sehat. Idealnya sekali dalam 3 tahun, limbah rumah tangga harus disedot dan diolah agar tidak mencemari lingkungan.
Kemudian septik tank yang benar itu haruslah kedap dan tidak bocor, sebab jika septik tank bocor, maka akan mencemari lingkungan. "Ketika terjadi pencemaran, tentu kesehatan akan terganggu," ujar Fauzan.
Di Tirtanadi, kata Fauzan, biaya berlangganan program L2T2 tidak mahal, yakni Rp 17.000 per bulan. Program L2T2 yang baru diluncurkan September 2020, sudah memiliki 7.000 pelanggan. Sementara air limbah perpipaan sudah berjalan sejak tahun 1985 dengan jumlah pelanggan 20.000.
Sementara itu, Direktur Utama Tirtanadi, Kabir Bedi, mengatakan program L2T2 Tirtanadi merupakan program pertama kali di Sumut untuk layanan air limbah nonperpipaan, yang kemudian dikembangkan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Medan, Deli Serdang dan Sibolga.
Pada kesempatan itu, wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan Tirtanadi (Forwadi) melakukan peninjauan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT).
Kacab Pemasaran Air Limbah, Lokot Parlindungan Siregar, dalam peninjauan itu menjelaskan kepada para wartawan tentang pengolahan lumpur tinja.
"Air limbah atau tinja yang disedot dengan mobil tangki setelah tiba di IPLT, limbah dibuang ke bak screen pemisah untuk dipisahkan limbah padat dan halusnya," ujar Parlindungan.
Setelah itu, limbah dikelola melalui bak equalisasi untuk distabilkan lumpurnya atau diendapkan, lalu dialirkan ke bak ticker untuk diratakan antara lumpur dan air, lalu dialihkan ke ballpress untuk memisahkan antara padatan dengan air.
"Di mesin ballpress, airnya mengalir ke kolam stabilizer, dan hasil akhir airnya disalurkan ke kolam," kata Lokot Parlindungan, seraya menambahkan air limbah maupun tinja dikelola secara teknologi di IPLT PDAM Tirtanadi, atau tidak dibuang sembarangan agar tak mencemari lingkungan.