Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sejak terbenam dan ditransaksikan di bawah 150 yen/kg di bulan Juli tahun lalu, harga karet saat ini sudah bertengger di level 337 yen/kg. Booming harga komoditas yang dimulai sejak pertengahan tahun lalu juga turut mendongkrak kenaikan harga karet dunia.
"Harga karet naik hingga 124% lebih dari posisi terendahnya dalam satu tahun terakhir," kata Sekretaris Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, Jumat (22/1/2021).
Edy mengatakan, untuk saat ini harga diperkirakan bisa bertahan mahal. Karena sejak akhir Desember 2020 mulai terlihat ada sedikit kebun karet mengalami gugur daun. Dan di pertengahan Januari 2021, pada kabupaten tertentu penghasil karet di Sumut kondisi gugur daun sudah melebihi 50%. Diperkirakan puncak gugur daun akan terjadi akhir Februari sampai awal Maret.
"Jadi diperkirakan sepanjang Januari-Maret 2021 produksi kebun berkurang 45%. Gugur daun yang terjadi ini adalah gugur daun alami atau gugur daun primer yang merupakan proses alami. Secara fisiologi tanaman mengantisipasi ketersediaan air pada musim kemarau," jelas Edy.
Saat ini, katanya, pabrik pengolahan karet di Sumut pun sudah mengalami kesulitan bahan baku. Untuk mengatasi kekurangan pasokan ini, pabrik membeli dari provinsi lain dengan harga lebih tinggi.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, kenaikan harga karet menjadi kabar baik bagi para petani karet dan sudah pasti berharap harga bisa terus naik. "Meskipun terlalu dini jika kita menyimpulkan bahwa karet akan memasuki masa keemasan dengan bertahan di atas 330 yen/kg," katanya.
Selama ini, kata Gunawan, petani karet menjadi petani yang paling menderita jika dibandingkan dengan petani dari komoditas lainnya seperti sawit, kopi maupun kakao. Bahkan sudah banyak petani karet sebelumnya yang mengganti tanamannya ke tanaman lain. Namun, kenaikan harga karet saat ini jangan lantas disimpulkan sebagai waktu yang tepat untuk memulai bisnis perkebunan karet.
Karena sejauh ini kenaikan harga komoditas dunia masih dimotori oleh ekspektasi pemulihan ekonomi global. Belum sepenuhnya didukung oleh fundamental yang benar-benar kokoh. Jadi kenaikan harga karet ini belum bisa sepenuhnya dikonfirmasi akan tetap mahal dalam jangka panjang.
"Sejauh ini tantangan masih terlalu banyak untuk dilewati. Prospek pemulihan ekonomi belakangan belum menunjukkan adanya sinyalemen pemulihan. Justru diperparah karena banyak negara yang melockdown wilayahnya, dan penyebaran corona juga masih mengkhawatirkan. Semuanya itu bisa saja mengubah ekspektasi kita terhadap kinerja harga komoditas kedepan," kata Gunawan.