Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tokyo. Operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima menyebut ada dua seismometer pada salah satu dari tiga reaktornya yang rusak sejak tahun lalu. Seismometer itu juga tidak dapat mengumpulkan data ketika gempa melanda Fukushima pada awal Februari lalu.
Seperti dilansir Associated Press, Selasa (23/2/2021), pengakuan tersebut menimbulkan pertanyaan baru apakah manajemen risiko perusahaan operator pembangkit nuklir Fukushima telah meningkat sejak tsunami dahsyat di Jepang tahun 2011 lalu.
Dalam pertemuan Otoritas Regulasi Nuklir yang dilaksanakan pada Senin (22/2), terungkap bahwa seismometer di pembangkit nuklir itu tidak berfungsi. Pertemuan itu dilakukan untuk membahas kerusakan baru di pembangkit nuklir akibat gempa berkekuatan Magnitudo 7,3 yang melanda wilayah itu pada 13 Februari lalu.
Terungkap bahwa air pendingin dan tingkat tekanan menurun di reaktor Unit 1 dan 3, yang menunjukkan kerusakan tambahan.
Operator pembangkit nuklir Fukushima, Tokyo Electric Power Co (TEPCO), telah berulang kali dikritik karena menutup-nutupi dan menunda pengungkapan masalah di pembangkit nuklirnya.
Saat ditanya mengapa mereka tidak memiliki data seismologi dari reaktor Unit 3 saat gempa Fukushima, TEPCO mengakui kedua seismometernya telah rusak - satu pada bulan Juli dan lainnya pada bulan Oktober - dan tidak pernah diperbaiki.
TEPCO juga mengatakan bahwa seismometer sama sekali tidak berfungsi setelah dua reaktor selamat dari Tsunami tahun 2011. Meski diketahui rusak, TEPCO tidak pernah melakukan penggantian seismometer.
Selama pertemuan itu, pejabat regulator mengatakan mereka khawatir dengan menurunnya level air dan tekanan di Unit 1 dan 3 akibat gempa. Dikhawatirkan gempa telah memperluas kerusakan yang ada atau membuka jalur kebocoran baru, dan mendesak utilitas untuk menutupnya dan memeriksa apakah ada peningkatan radiasi di air tanah di sekitar gedung reaktor.
TEPCO mengatakan sejauh ini tidak ada kelainan yang terdeteksi pada sampel air.
Sejak bencana tahun 2011, air pendingin terus-menerus keluar ke ruang bawah tanah gedung reaktor dan turbin. Volumenya terus meningkat saat air tanah merembes masuk.
Air tanah itu kemudian dipompa dan diolah, kemudian sebagian digunakan kembali sebagai air pendingin, sedangkan sisanya disimpan di sekitar 1.000 tangki lainnya.
TEPCO awalnya melaporkan tidak ada masalah di pabrik tersebut saat gempa terjadi lagi. Namun hari Senin lalu (22/2) dikatakan sekitar 20 tangki telah rusak sedikit karena gempa, wadah penyimpanan yang menampung limbah radioaktif miring, dan trotoar aspal di pabrik itu retak.(dtc)