Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Ankara. Pengadilan Turki menjatuhkan hukuman seumur hidup pada lima terdakwa pembunuhan Duta Besar (Dubes) Rusia, Andrei Karlov di Ankara pada 2016 silam. Kelima orang itu dituduh terkait dengan pria bersenjata berusia 22 tahun, Mevlut Mert Altintas, yang dibunuh oleh pasukan khusus Turki tak lama setelah dia membunuh Karlov di sebuah pameran foto di ibu kota Turki itu.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/3/2021), dalam laporan siaran NTV, enam tersangka lainnya dibebaskan, sementara tujuh orang dinyatakan bersalah karena menjadi anggota kelompok teroris bersenjata.
Otoritas Turki menyalahkan gerakan yang dipimpin oleh Fethullah Gulen, ulama ternama yang berbasis di Amerika Serikat, yang dipandang sebagai musuh bebuyutan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, atas pembunuhan tersebut.
Turki juga menuduh Gulen mendalangi kudeta gagal untuk menggulingkan Erdogan dan menyebut gerakannya sebagai Organisasi Teroris Fetullah (FETO).
Gerakan Gulen menyangkal klaim tersebut, dan bersikeras bahwa mereka hanya mempromosikan perdamaian dan pendidikan.
Mantan agen intelijen Vehbi Kursad Akalin dijatuhi hukuman seumur hidup setelah dia "membocorkan informasi tentang Karlov kepada gerakan itu", kata NTV.
Terdakwa yang dituduh memberikan perintah kepada Altintas untuk membunuh Karlov, Salih Yilmaz, dijatuhi dua hukuman seumur hidup. Sementara, terdakwa bernama Sahin Sogut, dijatuhi hukuman yang sama karena bertindak sebagai "mentor" Altintas dalam gerakan Gulen.
Dilaporkan bahwa saat kejadian, Altintas meneriakkan "Allahu akbar" dan "Jangan Lupakan Aleppo", mengacu pada pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad di kota Suriah yang didukung Rusia.
Kala itu, Erdogan menyebut pembunuhan Karlov sebagai "provokasi yang secara khusus ditujukan untuk mengganggu proses normalisasi hubungan Turki-Rusia".
Usai Turki menembak jatuh pesawat Rusia pada November 2015, hubungan antara kedua negara kini mulai membaik. Saat itu, Rusia menghantam Turki dengan serangkaian sanksi sebagai balasannya.
Atas insiden itu, Erdogan meminta maaf pada 2016. Kini Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin mulai memperbaiki hubungan mereka, meski mereka tetap saling waspada.
Sejak 2016, ratusan ribu orang telah ditangkap karena diduga terkait dengan Gulen, sementara lebih banyak lagi pekerja sektor publik telah dipecat atau diskors atas tuduhan tersebut.(dtc)