Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Karya seni menjadi cara unik untuk mengekspresikan protes terhadap kudeta Myanmar yang dilakukan oleh junta militer. Para seniman turut membantu membentuk bagaimana protes diekspresikan secara visual, dari mural besar, karya seni pinggir jalan, dan tanda-tanda protes satir yang mengejek pemimpin kudeta Jenderal Min Aung Hlaing, dan yang paling populer, tato gambar Aung San Suu Kyi.
"Tato adalah kenangan abadi sepanjang hidup Anda, dan cara untuk mengekspresikan impian kita. Itu tidak bisa disingkirkan dan karena itu menunjukkan solidaritas kami. Itu menyatukan kami para pengunjuk rasa," ujar Htun Htun, warga Nyaung Shwe, yang berasal dari Yangon, seperti dilansir CNN, Rabu (10/3/2021).
Htun Htun adalah satu dari sekitar 70 orang yang mengikuti aksi tato di Nyaung Shwe pada hari Jumat (5/3).
Acara yang diorganisir oleh kelompok pemuda lokal dari etnis minoritas Intha ini mengundang warga untuk membuat tato protes untuk menggalang dana bagi gerakan pembangkangan sipil atau CDM. Diketahui CDM mengajak ribuan pekerja kerah putih dan biru, dari petugas medis, bankir dan pengacara hingga guru, insinyur dan pekerja pabrik, mogok dari pekerjaan mereka sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer 1 Februari.
Delapan pembuat tato melakukan tugasnya pada belasan peserta yang masing-masing dimintai sumbangan minimal US$ 2 (Rp 28 ribu). Setiap tato membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk diselesaikan. Peserta diberi pilihan empat macam tato: wajah pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, kata-kata "Revolusi Musim Semi," frasa "Kabar Ma Kyay Bu" (yang merujuk pada lagu protes dan berarti "kita tidak akan lupa sampai akhir dunia") dan "salam tiga jari" yang diilhami dari film "The Hunger Games", yang telah menjadi simbol perlawanan pada aksi-aksi protes di Myanmar dan negara tetangga Thailand.
Menurut pembuat tato, desain yang paling populer adalah gambar wajah Aung San Suu Kyi.
"Saya memutuskan untuk menato tubuh saya karena saya mencintai Aung San Suu Kyi dan mengagumi orang-orang yang berdiri dan menderita di bawah kediktatoran. Untuk membuat tato itu menyakitkan tapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan rasa sakit hati kami (akibat kudeta). Saya ingin kebebasan kami kembali, "kata Moh Moh, peserta berusia 26 tahun yang tidak ingin memberikan nama lengkapnya karena alasan keamanan.
"Kampanye tato adalah ide kami sendiri - ini adalah sekelompok penato yang menggunakan acara tersebut untuk mendukung CDM. Apa yang terjadi sekarang dengan protes lebih mengkhawatirkan daripada COVID-19," kata ketua penyelenggara Nyi Nyi Lwin.
Dari Yangon ke ibu kota Naypyidaw, dan bahkan di antara para migran Myanmar di Thailand, orang-orang menato wajah Suu Kyi di dada dan lengan mereka.
Myanmar memiliki sejarah tato yang luar biasa, terutama di antara kelompok etnis yang beragam di negara itu. Di wilayah Shan dan negara bagian Karen, pria akan membuat tato di paha mereka untuk melambangkan kejantanan dan keberanian. Yang lain percaya tato tradisional akan memiliki kekuatan magis. Di negara bagian Chin yang terpencil dan bergunung-gunung di Myanmar barat, wanita lokal diketahui menato wajah mereka.
Di bawah pemerintahan kolonial Inggris, tato sempat dilarang di Myanmar. Dan praktik perempuan Chin menato wajah mereka dilarang oleh pemerintah sosialis militer Burma (Myanmar) pada 1960-an.
Sejak serangkaian reformasi digaungkan pada 2011, tato menjadi lebih populer, terutama di kalangan generasi muda.(dtc)