Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebut masih ada tujuh jutaan orang ingin mudik pada libur lebaran tahun ini. Mereka tetap bersikeras ingin mudik meskipun larangan mudik telah diumumkan oleh pemerintah.
"Meskipun mudik sudah diumumkan dilarang, masih ada sekitar 7 juta setelah larangan mudik diumumkan itu masih ada 7 juta orang yang masih berkeinginan untuk mudik," kata Juru Bicara Menhub Adita Irawati dalam diskusi virtual di Youtube BNPB, Rabu (21/4/2021).
Adita menyebut adanya temuan itu membuat potensi mobilisasi warga pada libur lebaran masih sangat tinggi. Oleh karena itu, pihaknya akan mengantisipasi agar momentum situasi pengendalian COVID-19 kali ini tetap terjaga.
"Pertama bahwa kita sadari bahwa pandemi ini belum berakhir, kita sudah sadar tentang itu meskipun angka dari hari ke hari sudah lebih baik dibanding beberapa bulan lalu, tapi ini justru momentum yang harus kita jaga agar situasi tidak memburuk lagi," ucapnya.
Dia menyebut antisipasi lonjakan kasus ini harus belajar dari pengalaman libur-libur panjang sebelumnya. Bahkan, kata dia, pada libur lebaran tahun 2020 angka positif COVID-19 naik hingga 100 persen meskipun saat itu mudik juga dilarang.
"Ini yang seharusnya bisa jadikan pembelajaran untuk bagaimana caranya agar mudik ini tidak menjadi satu penyebab kasus baru atau lonjakan kasus. Ya akhirnya dengan demikian pemerintah memutuskan agar supaya tidak terjadi lonjakan kasus ya mari mudik tahun ini ya kita tahan dulu, dilakukan peniadaan dan tentu diimbau masyarakat tidak bepergian atau mobilitas secara masif dulu," katanya.
Menurutnya, Indonesia juga harus belajar dari India yang kembali mengalami lonjakan kasus positif setelah COVID-19 di negara itu melandai. Dia menyebut Indonesia tidak boleh dulu melonggarkan protokol kesehatan agar penularan virus ini dapat segera berakhir.
"India yang sebelumnya sangat landai kasusnya kemudian membuka, melonggarkan banyak protokol, kemudian banyak juga ritual keagamaan yang mengumpulkan orang banyak, dan sekarang kita lihat kasusnya bahkan sehari bisa 200 ribu. Ini sebuah pembelajaran yang betul-betul harus kita jadikan rujukan," pungkasnya.(dtc)