Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Kabar jatuhnya pemerintahan Afghanistan oleh kelompok Taliban membuat heboh dunia. Mereka telah merebut Istana Kepresidenan setelah Presiden Ashraf Ghani melarikan diri ke Tajikistan.
Sumber keuangan Taliban melancarkan aksinya pun menjadi tanda tanya. Dikutip dari VOA, Senin (16/8/2021) salah satu badan intelijen mengungkapkan, dari perdagangan narkoba saja, Taliban dapat menghasilkan US$ 460 juta atau setara dengan Rp 6,6 triliun (kurs dolar Rp 14.387).
Berdasarkan Laporan Obat Dunia PBB 2020, Afghanistan menyumbang sekitar 84% dari produksi opium global selama lima tahun terakhir pada tahun 2020.
Sebagian besar keuntungan obat-obatan terlarang itu mengalir ke kelompok Taliban. Hal itu terjadi karena Taliban menguasai daerah-daerah produksi opium.
Menurut laporan tahun 2008 dari Unit Penelitian dan Evaluasi Afghanistan, sebuah organisasi penelitian independen di Kabul menyebut, kelompok Taliban tersebut mengenakan pajak 10% untuk setiap mata rantai dalam rantai produksi obat.
Besaran pajak itu termasuk bagi petani Afghanistan yang membudidayakan opium, bahan utama opium, dan laboratorium yang mengubahnya menjadi obat serta bagi pedagang yang memindahkan produk akhir (bahan baku narkotika) ke luar negeri.
Secara total, berdasarkan hasil yang diperoleh badan-badan intelijen mengungkapkan bahwa Taliban dapat menghasilkan US$ 300 juta hingga US$ 1,6 miliar atau setara dengan Rp 4,3 triliun sampai Rp 23 triliun (kurs dolar Rp 14.387). Namun, harta pastinya tak dapat diketahui.
Para pemimpin Taliban juga mendapat banyak manfaat dari sumbangan yang bersifat rahasia, termasuk dari apa yang digambarkan oleh PBB sebagai "jaringan yayasan amal non-pemerintah" dan dari pendukung yang kaya raya.
Selain itu, AS juga sempat curiga jika Taliban mendapat bantuan dari Rusia. Analis-analis lain menyebut Taliban juga mendapat aliran dana dari Pakistan hingga Iran meski tak banyak.(dtf)