Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Padangsidimpuan. "Kita harus kerja, anakku dan cucu perlu makan. Insya Allah pake masker tidak kena Covid-19".
Kalimat penuh keyakinan itu terucap oleh Suratmi (65), warga Palopat Pijorkoling, Kota Padangsidimpuan. Ketakutannya dengan Covid-19 sirna tatkala tanggungjawabnya begitu besar sebagai ibu, ayah, sekaligus nenek, untuk mencari nafkah. Bukan pegawai kantoran atau pengusaha. Suratmi hanya seorang pemulung di Kota Padangsidempuan.
Sebagai pemulung, Suratmi banyak menerima pujian dari warga yang kerap bertemu dengannya. Mengapa? Ia kerap menerapkan protokol kesehatan (prokes) dimanapun.
Ia yang sebelumnya bekerja sebagai pengumpul material pasir di sungai selalu menggunakan masker. Kegiatan pengumpul pasir sudah dilakoninya selama puluhan tahun. Namun hasilnya hanya sebatas cukup untuk makan.
Belakangan ini Suratmi memilih mencari barang bekas karena dinilai lebih mudah dari mencentong pasir di sungai yang semakin hari semakin sedikit hasilnya. Ditambah lagi tenaganya mulai tidak kuat mengangkat pasir dari sungai.
Saat itu di tengah hujan dan terik matahari, Suratmi terus melangkah. Di pundaknya satu goni plastik berisi barang bekas yang di kumpul dari berbagai tempat. Barang bekas ini ia bawa ke rumah untuk seterusnya dilakukan pemisahan sesuai dengan jenis barang. Kemudian dijual ke pengepul.
Suratmi salah satu potret pemulung yang bertaruh hidup ditengah pandemi Covid-19. Suratmi tau bahaya covid-19, namun dia harus bekerja untuk membiayai hidupnya sendiri, anak dan cucunya yang hidup serumah dengannya.
Dari pagi hari hingga sore hari, Suratmi keliling kampung mencari barang bekas yang dibuang orang. Keuntungan baginya bila acara hajatan atau pesta pasti banyak botol minuman plastik yang terbuang. Suratmi mengumpul botol minuman plastik ini dari lokasi acara setelah acaranya sudah selesai.
Di kampungnya, Suratmi sosok yang ramah terhadap orang lain, mudah menyesuaikan diri. Suka menyapa orang bila sedang melintas.
Dengan langgam Jawa, Suratmi sering menegur orang yang berpapasan dengannya sekalipun saat membawa barang bekas yang terbungkus dalam goni plastik. Oleh tetangga Suratmi termasuk ibu rumah tangga yang ulet bekerja. Dia mampu menghidupi anak dan cucunya tanpa harus berharap bantuan orang lain.
Diakui kalau saat ini penghasilannya dari mengumpulkan barang bekas jauh menurun dibanding sebelum pandemi Covid-19 ada. Larangan orang melaksanakan pesta membuat botol minuman plastik terbuang sedikit.
Penghasilan Suratmi dari mengumpulkan barang bekas tidak cukup untuk memenuhi susu dan beras bagi keluarganya. Satu anak dan dua cucu masih kecil. Suratmi kurang beruntung hanya punya satu anak punya kelainan pula. Untungnya kebutuhan Suratmi dan anaknya sering dibantu jiran tetangga.
"Suratmi sering dibantu jiran tetangga.Bahkan rumah tempat tinggal mereka dibangun warga dengan gotong royong. Kecil memang tapi bisa buat Suratmi bersama anak dan cucunya," ujar Bu Yudi.
Suratmi sangat senang diajak bicara. Namun diusia yang tua seperti saat ini terkadang berbicara ngelantur. Semoga kesehatan terus menyertai Suratmi dan keluarganya. Semoga ada saja orang membantu keluarga seperti keluarga Suratmi.