Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dewan Pers mendorong agar para jurnalis, khususnya yang tergabung dalam program Fellowship Jurnalisme Perubahan Perilaku (FJPP) dapat menjadi motor utama dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) di tengah masyarakat. Jurnalis diharapkan dapat menjadi contoh bagaimana disiplin protokol kesehatan tetap dijalankan meskipun saat ini kasus aktif pandemi COVID-19 terus menurun.
Hal itu dikatakan Ketua Komisi Hubungan Antar-Lembaga dan Luar Negeri Dewan Pers, Agus Sudibyo, saat membuka diskusi secara virtual dengan judul Bagaimana Media Mengantisipasi Gelombang Ketiga COVID-19, yang diadakan Dewan Pers bekerjasama dengan BBC Media Action dan diikuti sekitar 3.050 jurnalis peserta FJPP, Rabu (27/10/2021).
Diskusi tersebut menghadirkan narasumber yakni Endah Saptorini dari Internews, Erwan Widyarto dari Jawa Pos, Gafar Yoedtadi (eks wartawan SCTV) dan Sidik Pramono (eks wartawan Kompas).
Agus Sudibyo juga berharap bahwa media massa dapat menjadi motor utama dalam menangani pandemi COVID-19 dan mengantisipasi ancaman gelombang ketiga penyebaran virus tersebut.
Agus Sudibyo mengatakan bahwa Indonesia telah mendapat pujian sebagai negara nomor lima di dunia yang terbanyak dalam melakukan vaksinasi COVID-19. "Pujian ini juga diberikan karena Indonesia relatif bagus dalam penanganan pandemi COVID-19. Di saat berbagai negara mengalami lonjakan kasus positif COVID-19, Indonesia justru berhasil menekan kasus aktif hingga pada tingkat yang rendah," tuturnya.
Namun, jelasnya, di saat kasus aktif dan positif COVID-19 menurun, tingkat kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) terlihat menurun.
"Padahal seharusnya kita tidak boleh kendur menerapkan prokes. Saat ini, ada orang-orang yang mulai kurang disiplin. Karena itu, wartawan diharapkan bisa menjadi contoh disiplin prokes. Perkuat komitmen sebagai agen perubahan perilaku dalam menerapkan protokol kesehatan yang mencakup memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi," jelasnya.
Kepada sekitar 3.050 jurnalis peserta FJPP, Agus Sudibyo berharap para jurnalis dapat menyajikan pemberitaan dengan mentaati kode etik jurnalistik, menjaga kejujuran dan menyajikan berita-berita yang sesuai dengan tema. "Sehingga dengan demikian ada harapan bahwa program ini dapat dilanjutkan pada tahun depan," tuturnya.
Sementara Endah Saptorini dari Internews dalam kesempatan itu mengatakan dalam meliput dan memberitakan tentang COVID-19, jurnalis hendaknya berpegang pada standard nilai-nilai jurnalistik
"Berikan kritik yang membangun pada
pemerintah dan jangan beri panggung
untuk kepentingan politisnya.
Jadikan berita COVID-19 sebagai berita informatif dan jadilah jurnalis dengan nilai-nilai
humanis," tuturnya.
Narasumber diskusi, Erwan Widyarto dari Jawa Pos, mengatakan bahwa dalam masa pandemi COVID-19 ini media berperan sebagai pemberi peringatan dini (early warning syatem-EWS). Media berperan dalam mengungkap data-fakta, fenomena yang berkembang di tengah
masyarakat, yang bisa mengarah pada satu kondisi terjadinya gelombang ketiga COVID-19. Sehingga dengan demikian media dapat menggugah kesadaran kemungkinan terjadinya bencana tersebut. Selain itu, media massa juga dapat menginformasikan kesiapan/ ketidaksiapan birokrasi pemerintahan dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya gelombang ketiga tersebut.
Gafar Yoedtadi saat tampil sebagai narasumber menyebutkan ada tiga kategori jurnalisme yang harus digunakan dalam liputan pandemi COVID-19. Ketiga kategori tersebut adalah jurnalisme kesehatan, jurnalisme bencana dan jurnalisme empati.
Sementara Sidik Pramono saat tampil sebagai narasumber dalam diskusi tersebut mengatakan, ada tiga hal penting yang harus dijalankan media dalam melakukan peliputan tentang pandemi COVID-19. Ketiga hal itu adalah mengingatkan, mengantisipasi; kedua, menjaga sikap kritis, clearing-house; dan ketiga mengurangi perulangan.