Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menerima pesan khusus dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengawal pembangunan Kawasan Industri Hijau Indonesia di Bulungan, Kalimantan Utara.
Pesan khusus tersebut diterima Luhut dari Jokowi di pesawat dalam perjalanan untuk melakukan groundbreaking kawasan industri tersebut. Untuk memuluskan proyek tersebut, Luhut memastikan tidak ada yang bisa menghambat proses perizinannya.
"Mengingat penting dan strategisnya investasi ini, kami para menteri di kabinet beserta dengan pemda berkomitmen untuk mengawal investasi ini dengan baik, dan memastikan seluruh proses perizinan bisa selesai tepat waktu dan tidak ada yang bisa menghambat-hambat proses izin-izin di sini," katanya yang disiarkan di saluran YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (21/12/2021).
Luhut melaporkan kepada Jokowi bahwa proyek kawasan industri tersebut mendapat dukungan dari Gubernur Kaltara dan Bupati Bulungan, serta dukungan dari segenap jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) demi terlaksananya pengembangan kawasan tersebut.
"Seluruh perizinan, kami dapat melaporkan, Pak Presiden, dapat cepat kita koordinasikan dan mengikuti aturan yang ada, dan peranan Menteri Investasi juga sangat besar dalam hal ini," sebutnya.
Luhut mengakui bahwa pengembangan Kawasan Industri Hijau tersebut bukanlah hal yang mudah. Dia ingat tahun 2015 sudah ada rencana pengembangan kawasan industri di wilayah tersebut. Namun sampai 2018 tidak ada pengembangan yang signifikan, yang ada hanya perpanjangan izin saja dari tahun ke tahun.
Setelah pihaknya mempelajarinya, permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan 'antara lebih dulu telur dan ayam', yang mana pihak investor industri bersedia berinvestasi kalau PLTA di wilayah tersebut sudah dibangun, sementara di sisi lain investor PLTA hanya mau membangun jika sudah ada kepastian pembeli listriknya. Permasalahannya terus berkutat di situ saja.
"Jadi akhirnya pembangunannya tidak maju-maju, dan ini membutuhkan suatu keberanian kemampuan eksekusi yang baik serta kekuatan finansial yang besar untuk merealisasikan PLTA dan kawasan industri di wilayah kawasan ini. Dan lebih dari itu adalah keputusan politik dari Presiden yang memberikan dukungan sepenuhnya untuk proyek ini," jelasnya.
Untuk PLTA saja, Luhut mengestimasi kebutuhan biayanya mencapai US$ 10-12 miliar. Belum lagi untuk pelabuhan yang harus dibangun menjorok ke tengah laut karena kedalaman yang dangkal di sisi pantai, membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tepatnya sekitar US$ 1 miliar untuk pengembangan pelabuhan saja.
Pada 2019, Luhut menjelaskan pihaknya mulai melakukan penjajakan serius terhadap pengembangan kawasan industri tersebut. Atas perintah Presiden, pihaknya melakukan roadshow ke banyak negara, meliputi Amerika Serikat, Eropa, Uni Emirat Arab, dan Tiongkok untuk menawarkan potensi investasi di Kawasan Industri Hijau Indonesia.
"Pada awalnya sambutan biasa-biasa saja, namun menjelang akhir 2019 beberapa investor mulai merespons dengan sangat serius, mereka bersedia membangun industrinya terlebih dahulu, membangun solar panel dan termasuk PLTU yang digunakan selama 10 sampai 15 tahun kedepan selama periode transisi pembangunan dari PLTA tadi," tambah Luhut.
"Para investor tersebut adalah Bapak-bapak yang hadir di sini, Bapak Presiden sudah ketemu kemarin ada 10 investor besar dari Tiongkok yang bersama-sama kita hari ini. Mereka adalah investor yang sudah terbukti memiliki track record (rekam jejak) investasi yang sangat baik dan telah menanamkan puluhan miliar dolar untuk melakukan hilirisasi nikel di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir," tambahnya.(dtf)