Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan sirkulasi simultan varian Delta dan Omicron memicu tsunami kasus. Akibatnya, angka kasus kasus hingga kematian meningkat.
"Varian Delta dan Omicron sekarang menjadi ancaman kembar yang meningkatkan kasus hingga mencapai angka kasus rekor, menyebabkan lonjakan rawat inap, dan kematian," kata Tedros dalam konferensi pers pada Rabu (29/12/2021).
"Saya sangat prihatin bahwa varian Omicron, yang sangat menular dan menyebar pada saat yang sama seperti Delta, menyebabkan tsunami kasus," lanjutnya yang dikutip dari Channel News Asia.
Tedros mengatakan mengakhiri ketidakadilan di bidang kesehatan menjadi kunci yang penting untuk bisa mengakhiri pandemi COVID-19. Hal itu bisa merenggut lebih banyak nyawa dan memberikan virus kesempatan untuk menyebar tak terkendali dan terus bermutasi.
Awalnya, WHO menargetkan 40 persen di setiap negara divaksinasi penuh di akhir tahun ini, dan 70 persen pada pertengahan 2022. Tetapi, ia mengatakan 92 dari 194 negara anggota WHO bakal meleset dari target 40 persen itu.
"Ini karena kombinasi pasokan terbatas ke negara-negara berpenghasilan rendah hampir di sepanjang tahun, dan kemudian vaksin berikutnya tiba hampir kedaluwarsa dan tanpa bagian-bagian yang penting seperti jarum suntik," kata dia yang dikutip dari The Washington Post, Kamis (30/12/2021).
"Namun, saya masih tetap optimis bahwa ini bisa menjadi tahun kita tidak hanya dapat mengakhiri tahap akut pandemi, tetapi kita juga memetakan jalan menuju keamanan kesehatan yang lebih kuat," ujar Tedros.
Kepala Kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan, juga mengungkapkan hal yang penting yang harus dilakukan untuk mengakhiri pandemi. Menurutnya, hal terpenting itu adalah menekan transmisi kedua varian tersebut seminimal mungkin.
Ia juga mengatakan bahwa infeksi varian Omicron sebagian besar terjadi pada kalangan anak muda.
"Tetapi apa yang belum kita lihat adalah gelombang omicron yang sepenuhnya terbentuk pada populasi yang lebih luas. Dan saya sedikit gugup untuk membuat prediksi positif sampai kita melihat seberapa baik perlindungan vaksin akan bekerja pada populasi yang lebih tua dan lebih rentan," beber Dr Ryan.
"Maka dari itu, kami harus berhati-hati dalam mengubah taktik dan strategi yang ada berdasarkan dengan apa yang kami lihat tentang omicron," pungkasnya.(dth)