Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Penyerangan Rusia terhadap Ukraina membuat indeks saham Rusia dan mata uang rubel merosot tajam hingga ke level terendah.
Dikutip dari CNN disebutkan hal ini membuat pasar panik dan melancarkan aksi jual. Bahkan sesaat setelah penyerangan indeks saham Rusia turun hingga 45%.
Saham perbankan dan perusahaan minyak paling tertekan. Misalnya Sberbank, salah satu bank terbesar di Rusia harus merelakan sahamnya turun 43%, lalu Rosneft juga turun 43%.
Tak cuma di Rusia, saham Rosneft di London juga turun 4,6%. Selanjutnya perusahaan gas raksasa di balik pipa Nord Stream 2 turun 35%.
Kemudian Rubel turun hingga 8% terhadap dolar AS. Hal ini terus terjadi meskipun Bank sentral Rusia telah menyatakan akan melakukan intervensi di pasar dan melakukan injeksi likuiditas ke sektor perbankan.
Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Inggris telah mengumumkan memberikan sanksi untuk Rusia bahkan sebelum Rusia menyatakan akan mengirim pasukan ke Ukraina.
Misalnya Jerman menangguhkan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengungkapkan jika Uni Eropa juga akan memberikan sanksi untuk Rusia. Sanksi ini akan tetap diberikan meskipun ada risiko yang harus mereka tanggung.
"Kami akan memberikan sanksi untuk Rusia," kata dia dikutip dari CNN, Jumat (25/2/2022).
Negara-negara Baltik seperti Lithuania, Estonia dan Latvia mendesak agar Rusia dikeluarkan dari SWIFT, sebuah layanan yang memfasilitasi pembayaran di antara 11 ribu lembaga keuangan di 200 negara.
Dalam sebuah pernyataan bersama, mereka mengutuk keras agresi Rusia ke Ukraina. "Kami mengutuk keras agresi Rusia dan menjatuhkan sanksi seberat mungkin sebagai respon atas penyerangan tersebut. Termasuk memutus jaringan bank Rusia dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT)," tulisnya.(dtf)