Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
PERGURUAN tinggi masih menjadi hal yang eksklusif di Indonesia termasuk di Kota Medan. Hal ini dibuktikan melalui Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi di Kota Medan yang bernilai 34,3, artinya hanya sekitar 34,3% penduduk yang masih bersekolah di jenjang pendidikan perguruan tinggi (tanpa memandang usia penduduk tersebut) dengan jumlah penduduk yang memenuhi syarat resmi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan perguruan tinggi (umur 19 – 23 tahun).
Angka tersebut jauh berbeda dari Angka Partisipasi Kasar jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Medan yang melebihi 90%. Oleh karena itu, masyarakat yang mampu menyelesaikan perguruan tinggi merupakan orang-orang yang terpilih.
Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, melanjutkan pendidikan menuju perguruan tinggi dianggap mampu memberikan kemudahan mencari pekerjaan. Selain itu, menyelesaikan studi perguruan tinggi menjadi kebanggaan bagi tiap-tiap lulusannya.
Berdasarkan data BPS di tahun 2022, Indonesia memiliki 948.664 angkatan kerja dengan pendidikan tertinggi perguruan tinggi. Di sisi lain, kita bisa melihat bahwa di Indonesia hanya 17,82% penduduk bekerja dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi dan memilih sebagai wirausaha. Hal ini mengindikasikan rendahnya minat wirausaha di kalangan masyarakat yang telah menempuh bangku perguruan tinggi.
BACA JUGA: Target Pertumbuhan 2024 di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan memilih mencari pekerjaan setelah lulus. Namun, akan menjadi masalah jika semua masyarakat di Indonesia khususnya anak muda, pelajar dan mahasiswa menjadikan hal tersebut tujuan utama setelah kelulusannya. Padahal, lulusan perguruan tinggi diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Tantangan menjadi wirausahawan memang bukan hal yang mudah sehingga membentuk pandangan yang menakutkan akan wirausaha. Ada berbagai faktor penentu untuk seseorang mau menjadi wirausahawan seperti, faktor internal, eksternal, dan kontekstual.
Faktor internal terkait dengan sikap dan kepribadian seseorang dalam menyikapi sesuatu. Keluarga dan lingkungan sosial berpengaruh secara eksternal terhadap minat untuk menjadi wirausahawan.
BACA JUGA: Inflasi Turun, Daya Beli Turun? Eits.. Nanti Dulu!
Faktor kontekstual terkait dukungan pendidikan, pengalaman dan pembekalan kewirausahaan, dan modal usaha juga seringkali menjadi hambatan terbesar dalam memulai wirausaha.
Sayangnya, Indonesia tidak akan bisa melebarkan sayapnya jika paradigma negatif terhadap wirausaha terus dibiarkan. Lantaran, kondisi Indonesia dengan rasio ketersediaan lapangan pekerjaan dengan pencari kerja yang kecil menuntut Indonesia melahirkan wirausahawan-wirausahawan baru.
Pemerintah juga dituntut untuk mampu memberikan lingkungan yang nyaman bagi para pelaku usaha termasuk dari kalangan mahasiswa. Terlebih lagi, wirausahawan-wirausahawan tersebut yang diharapkan akan melipatgandakan perekonomian Indonesia di masa mendatang dan menyelesaikan masalah terkait ketenagakerjaan.
Untuk menjadi wirausahawan, kita dituntut untuk pandai melihat dan memanfaatkan peluang. Selain itu, kemampuan teknis dan nonteknis harus dikuasai dengan baik.
BACA JUGA: Dapatkah Aneka Bantuan Putuskan Rantai Kemiskinan?
Peluang usaha bisa dilihat dengan berbagai cara misalnya, kondisi terkini di masyarakat terkait kebutuhan tertentu. Cara lain bisa dilakukan dengan memanfaatkan data untuk melihat pola di suatu wilayah.
Data yang digunakan haruslah berkualitas agar tidak berujung pada keputusan yang salah. Salah satu lembaga di Indonesia yang dipercayai sebagai produsen statistik resmi yang menyajikan data berkualitas adalah Badan Pusat Statistik.
Data BPS tahun 2022 tentang Produk Domestik Regional Bruto di Kota Medan menunjukkan bahwa kontribusi lapangan usaha terbesar terhadap PDRB adalah perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 26,25%.
Lalu, diikuti dengan lapangan usaha konstruksi sebesar 19,10% dan industri pengolahan 14,17%. Berbagai penelitian ilmiah juga menyimpulkan bahwa sektor konstruksi merupakan sektor unggulan di Kota Medan yang merupakan kota metropolitan.
BACA JUGA: Perempuan dan Pembangunan
Nyatanya, tidak hanya sektor konstruksi yang layak untuk dipertimbangkan ketika memutuskan menjadi wirausahawan di Kota Medan. Berdasarkan data BPS 2022, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum, dan jasa perusahaan.
Sektor-sektor ini yang diprediksi menjadi sasaran empuk di era kemudahan teknologi sekarang ini. Kemudahan teknologi yang ada telah menjadi modal besar bagi para pelaku usaha.
Pelaku usaha bisa memulai usaha dari skala kecil dan memasarkan bisnisnya dengan mudah berkat bantuan media sosial. Dengan kekonsistenan dan konsep usaha yang matang, peningkatan skala usaha sampai ke jenjang internasional bukan menjadi hal yang mustahil.
Jadi, udah yakin kan untuk mulai berwirausaha di Kota Medan?
====
Penulis Mahasiswa STIS 62, Magang di BPS Kota Medan
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]