Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MENGAKHIRI masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo pada 2024 mendatang, pemerintah mematok target pertumbuhan ekonomi yang terbilang cukup menantang.
Menariknya, DPR meminta pemerintah lebih realistis atau rasional dalam menentukan target-target ekonomi pada tahun depan, terutama menyoal target pertumbuhan ekonomi.
Dalam rapat membahas hasil panitia kerja pertumbuhan ekonomi dan inflasi, pemerintah dan DPR menyepakati perubahan target pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 5,3% - 5,7% menjadi 5,1% - 5,7%.
Hal ini disebabkan sektor utama pendorong Produk Domestik Bruto (PDB) yang diestimasi melandai pada tahun depan, baik konsumsi rumah tangga, investasi, maupun ekspor.
BACA JUGA: Inflasi Turun, Daya Beli Turun? Eits.. Nanti Dulu!
Target pertumbuhan ekonomi yang tertuang dalam Kerangka Kebijakan Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) itu nantinya akan menjadi dasar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024.
Lantas, akankah asumsi target pertumbuhan ekonomi itu bakal tercapai di tengah ketidakpastian ekonomi global dan dalam negeri yang masih akan berlanjut hingga tahun depan?
Dari kacamata pemerintah cukup yakin dengan asumsi target pertumbuhan ekonomi di 2024 itu bakal tercapai. Pertama, pertumbuhan ekonomi domestik dipengaruhi oleh dinamika dan prospek ekonomi global.
Prospek pertumbuhan ekonomi dari sisi global untuk tahun 2024 diperkirakan membaik dibandingkan tahun ini yang dianggap sebagai tahun yang lemah.
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mengalami akselerasi dari tahun ini yang hanya 2,8 persen, pada tahun depan akan
sedikit membaik sebesar 3 persen.
BACA JUGA: Implementasi Rasional Ekonomi Pancasila
Prospek pertumbuhan ekonomi global yang meningkat di tahun 2024, sejalan dengan tren moderasi harga-harga komoditas. Serta inflasi diharapkan menurun yang kemudian memulihkan daya beli negara maju.
Kedua, pertumbuhan ekonomi global dan perdagangan internasional yang membaik, maka kinerja ekspor juga diharapkan kembali menguat di tengah prospek ekonomi dunia yang diperkirakan sedikit membaik di tahun depan.
Di sisi lain, Indonesia akan terus memperkuat produk-produk hilirisasi lanjutan yang akan menopang daya saing produk ekspor Indonesia.
Ketiga, dari sisi domestik, aktivitas konsumsi diperkirakan akan menguat di tahun 2024 sejalan dengan terjaganya daya beli masyarakat, inflasi yang terkendali dan meningkatnya penciptaan lapangan kerja.
BACA JUGA: Waspadai Jebakan Pertumbuhan Ekonomi
Kemudian, penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak juga akan turut mendorong aktivitas perekonomian. Investasi juga diharapkan dapat meningkat, khususnya terkait sektor-sektor berbasis hilirisasi, baik mineral dan produk-produk
pertanian.
Keempat, pembangunan smelter yang terus meningkat akan mendorong belanja modal korporasi pada sektor-sektor terkait. Percepatan pelaksanaan agenda reformasi struktural yang dilakukan pemerintah diharapkan dapat terus memperbaiki iklim investasi dan bisnis di Indonesia sehingga mampu mendorong daya tarik investasi yang lebih besar.
Kita pun sepakat dan berpendapat kalau prospek perekonomian nasional masih akan tetap kuat yang disokong oleh indikator-indikator ekonomi yang juga masih terus tumbuh, berangkat dari capaian ekonomi pada kuartal I 2023 yang tumbuh 5,03 persen (year on year/y-on-y) berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).
BACA JUGA: Respon Rasional Hadapi Gejolak Ekonomi Global
Bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi ini relatif stabil di atas 5 persen dalam enam kuartal terakhir atau sejak kuartal IV 2021. Dan ini menjadi modal dasar serta momentum kuat di tahun politik 2024 mendatang. Untuk itu, ada dua catatan yang pantas kita beri perhatian.
Pertama, merujuk pada data BPS, secara sektoral (lapangan usaha), hampir separuh ekonomi Indonesia pada kuartal I 2023 (y-on-y) disumbangkan oleh tiga lapangan usaha utama, yakni industri pengolahan 18,57 persen, perdagangan 12,95 persen, serta pertambangan dan penggalian 11,85 persen.
Sementara dari sisi konsumsi, kontribusi komponen utama adalah konsumsi rumah tangga 52,88 persen, investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) 29,11 persen, dan ekspor 22,71 persen.
BACA JUGA: Pemerataan Pertumbuhan Ekonomi
Ini berarti untuk menjaga mesin pertumbuhan ekonomi ke depan, ketiga lapangan usaha utama tadi mesti “diamankan”. Selain itu, upaya menggenjot konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor sebagai basis pertumbuhan juga harus tetap dilakukan.
Kedua, Indonesia mendapatkan sejumlah katalis positif dari dalam negeri sepanjang tahun ini dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat mencapai target 5,3 persen pada 2023.
Pada kuartal II 2023 misalnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan lebih kuat dengan beberapa faktor pendorong, antara lain faktor musiman.
Biasanya, aktivitas ekonomi di kuartal kedua akan lebih meningkat dibandingkan kuartal pertama. Pada kuartal kedua tahun ini, konsumsi masyarakat didominasi oleh aktivitas selama bulan Ramadhan dan Idulfitri, terutama karena adanya cuti bersama yang cukup panjang sehingga banyak masyarakat yang menikmati liburan dan belanja di berbagai daerah.
BACA JUGA: Memacu Kebangkitan Ekonomi Nasional
Apalagi momen Idulfitri tersebut tidak ada pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Oleh karenanya, tren tersebut merupakan faktor yang sangat baik sehingga pertumbuhan ekonomi terutama dari sisi konsumsi akan terlihat lebih merata di seluruh Indonesia.
Selain itu, pemerintah turut melakukan intervensi untuk mendongkrak konsumsi selama momen Ramadhan dan Idulfitri, seperti pemberian tunjangan hari raya (THR) dan penajaman bantuan sosial (bansos).
Faktor lainnya adalah akselerasi belanja pemerintah yang berlanjut, di mana ada dampak dari momen Ramadhan dan Idulfitri, serta performa ekspor yang cukup baik.
Sementara itu, pada semester II 2023 ada momen kampanye untuk menghadapi Pemilu 2024. Dengan adanya Pemilu diharapkan dapat meningkatkan perputaran uang.
Dan hal ini dapat berpotensi meningkatkan konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Secara historis, konsumsi LNPRT kerapkali meningkat ketika terjadi agenda lima tahunan di dalam negeri.
Belanja Pemilu baik yang digelontorkan oleh pemerintah, partai politik, kandidat calon presiden maupun calon anggota legislatif mampu merangsang daya beli masyarakat.
Kendati kontribusi LNPRT terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif kecil hanya 1,17 persen pada kuartal I 2023 (y-on-y), setidaknya Pemilu 2024 yang aktivitasnya sudah dimulai pada tahun ini dapat menambah daya gedor perekonomian, sehingga bisa mengompensasi penurunan porsi dari konsumsi rumah tangga, investasi maupun ekspor.
BACA JUGA: Merawat Keberlanjutan Ekonomi Global
Pada akhirnya, kita tentu harus jujur mengakui bahwa masih begitu banyak persoalan yang dihadapi perekonomian negeri ini ke depan. Risiko utama masih dari seberapa cepat penanganan pemulihan dan perbaikan ekonomi agar dapat terwujud pertumbuhan ekonomi tinggi dan inklusif.
Mc Kinsey (2012) dalam Prasetyantoko (2023) menyebutkan ada dua kluster hambatan yang membuat pertumbuhan tidak optimal, yaitu rendahnya tingkat penghasilan aktivitas ekonomi dan tingginya pembiayaan.
Dua faktor ini diturunkan dalam pemetaan akar masalah penghambat pertumbuhan yang lebih rinci. Ringkasnya, investasi dan aktivitas ekonomi akan pesat jika kendala di sektor riil dan sektor keuangan bisa diatasi.
Karena itu, untuk dapat mengamankan target pertumbuhan ekonomi 2024 agar bisa tercapai diperlukan konsistensi kebijakan ekonomi, moneter, fiskal dan keuangan yang sinergis dan antisipatif.
====
Penulis Statistisi Ahli Madya pada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]