Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin menyambut kedatangan Presiden Korea Utara Kim Jong Un di wilayah kota terpencil Vostochny, bagian timur Rusia. Keduanya pun tampak mesra mulai dari semobil hingga saling tukar hadiah.
Seperti dilansir AFP, Jumat (15/9), pertemuan Putin dan Kim Jong Un ini dilakukan saat Rusia berupaya memperkuat aliansi dengan para pemimpin garis keras lainnya yang dikucilkan Barat. Keduanya melakukan pembicaraan tatap muka pada Rabu (13/9) di tengah spekulasi mereka menyetujui kesepakatan senjata.
Saling Tukar Senapan
Dalam kesempatan itu, ternyata keduanya juga sempat saling bertukar hadiah. Putin menyerahkan senapan produksi Moskow, yang lalu dibalas oleh Kim Jong Un dengan memberikan senapan produksi Pyongyang.
Rusia memang diketahui sangat menginginkan amunisi untuk melanjutkan pertempurannya di Ukraina. Di sisi lain, Korut juga menginginkan bantuan Moskow untuk mengembangkan program rudalnya.
Momen saling bertukar hadiah antara Putin dan Kim Jong Un itu diungkapkan oleh juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dalam pernyataannya pada Kamis (14/9) waktu setempat.
"Putin memberikan (Kim Jong Un) senapan produksi negara kita dengan kualitas terbaik. Sebagai balasannya, dia juga menerima senapan buatan Korea Utara," tutur Peskov.
Tidak hanya senapan, sebut Peskov, Putin juga menghadiahkan sebuah 'sarung tangan dari pakaian seragam luar angkasa yang sudah beberapa kali pergi ke luar angkasa' kepada Kim Jong Un.
Semobil Berdua
Tak hanya itu, Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un ternyata juga diajak naik limosin mewah milik Vladimir Putin. Momen itu terjadi Kim Jong Un berkunjung ke Rusia.
Untuk diketahui, limosin milik Presiden Rusia Vladimir Putin itu dilengkapi dengan teknologi dan fitur keamanan nomor wahid. Kabarnya, limosin itu juga antiledakan.
Putin Sambut Undangan Kim Jong Un
Tak hanya itu, kemesraan keduanya juga tergambar saat Kim Jong Un menawarkan Putin ke Korea Utara. Undangan itu ternyata disambut baik oleh Putin.
Media pemerintah Pyongyang, pada Kamis (14/9), Putin menerima tawaran itu saat kedua pemimpin negara itu mengadakan pertemuan yang berlangsung untuk kerja sama dan persahabatan antara negara-negara tersebut.
Setelah pertemuan antara kedua pemimpin pada hari Rabu (13/9), "Kim Jong Un mengundang Putin untuk mengunjungi DPRK (singkatan nama resmi Korut) pada waktu yang tepat", menurut kantor berita milik pemerintah Korut, KCNA, dikutip AFP, Kamis (14/9).
Putin menerima undangan tersebut dengan senang hati dan menegaskan kembali keinginannya untuk selalu meneruskan sejarah dan tradisi persahabatan Rusia-DPRK.
Putin Lanjut ke China
Setelah menerima kunjungan Kim Jong Un di Rusia, Putin lalu akan berkunjung ke China. Dia akan berkunjung ke Beijing, China, untuk bertemu langsung dengan Presiden Xi Jinping pada Oktober mendatang.
Ini akan menjadi kunjungan ke luar negeri pertama yang dilakukan Putin usai perintah penangkapan terhadapnya dirilis Mahkamah Pidana Internasional (ICC) pada Maret lalu.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (20/9), rencana kunjungan Putin itu diungkapkan oleh Nikolai Patrushev, yang merupakan sekutu dekat Putin dan menjabat sebagai Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, saat menghadiri pertemuan dengan diplomat top China Wang Yi yang sedang berkunjung ke Moskow pekan ini.
Disebutkan oleh Patrushev dalam pertemuan itu, seperti dikutip oleh kantor berita Interfax, bahwa Moskow dan Beijing harus memperdalam kerja sama dalam menghadapi upaya Barat untuk mengekang kedua negara.
Patrushev juga mengatakan bahwa pembicaraan pemimpin kedua negara di Beijing nantinya akan berlangsung 'menyeluruh'.
Dalam kunjungan itu, Putin disebut juga akan menghadiri Forum Belt and Road ketiga yang digelar China bulan depan.
Undangan menghadiri forum itu disampaikan oleh Xi secara resmi kepada Putin saat dia melakukan kunjungan penting ke Moskow pada Maret lalu. Beberapa hari sebelum kunjungan itu, ICC menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Putin atas dugaan mendeportasi secara ilegal ratusan anak dari Ukraina selama pasukan Rusia melancarkan invasi.
dtc