Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
APAKAH adat, budaya, tradisi, dan seni lokal menarik untuk dibahas? Pada tingkat permukaan, sepertinya tidak. Apalagi bagi generasi muda, mereka lebih suka membahas tentang budaya populer. Generasi tua pun mulai ikutan.
Namun, ada sedikit anomali belakangan ini. Ada semacam kesadaran baru bahwa budaya dan tradisi harus dibicarakan serius. Karena itu, para tokoh adat serius untuk berbicara dan memberi perhatian. Harus ada langkah konkret dan berkesinambungan.
Kebetulan, 6 November 2023, Disparpora Humbang Hasundutan mengadakan semacam seminar. Judulnya "Pembinaan Sumber Daya Manusia, Lembaga, dan Pranata Kebudayaan 2023". Undangan masing-masing 4 orang dari kecamatan. Ditambah lagi guru bahasa daerah.
Peserta lainnya dari Tim Ahli Cagar Budaya Humbang Hasundutan. Acara dibuka oleh Kadis Disparpora Humbang Hasundutan, Jakkon Halomoan Marbun. "Kita berharap budaya Batak semakin diperhatikan dan dirawat dengan baik," kata Jakkon Marbun.
BACA JUGA: Salah Strategi Membersihkan Pyramid of Toba (?)
Dia juga menambahkan perlunya revitalisasi bahasa Batak. Revitalisasi bahasa daerah memang menjadi program nasional. Sebab, bahasa daerah mulai tidak diminati generasi muda. Perlu upaya sistematis agar bahasa daerah terjaga.
Sementara itu, menurut Kabid Kebudayaan, Indra Hutabarat, acara ini dilakukan untuk menjaga adat istiadat. Juga mengangkat peluang potensi dari Cagar Budaya dan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Hadir tiga pembicara.
Dari Lembaga Adat Dalihan Natolu dua orang. RW Manalu dan Dirman Sinambela. Saya juga ikut serta. Dari Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Humbang Hasundutan. Dari TACB, tema diambil tentang potensi cagar budaya dari Humbang Hasundutan.
BACA JUGA: Siapa Bilang Monsak tak Mendidik, Hadapilah Parmonsak!
Humbang Hasundutan kaya akan cagar budaya. Apalagi menjadi tempat kelahiran Sisingamangaraja. Mungkin, bisa pula dikaitkan ke Barus. Barus adalah titik nol Islam nusantara. Di Barus, ritus kebudayaan sangat khas. Melebur dari dunia.
Ada banyak masukan dan pertanyaan dari para peserta. Mereka juga memberikan informasi tentang objek diduga cagar budaya lainnya. Menjadi pekerjaan serius untuk mengkajinya lebih dalam. Dibutuhkan energi dan konsentrasi besar untuk itu.
Tentang warisan budaya tak benda dibawakan RW Manalu. Materi ini pun menarik. Materi ini menjadi sumber serbuan pertanyaan. Juga banyak masukan. Warisan budaya tak benda dari Humbang Hasundutan juga cukup potensial.
BACA JUGA: Kerajaan Aru adalah Karo Saat Ini?
Satu yang sudah didaftarkan adalah manghontas. Didaftarkan dengan domain tentang alam. Masih mungkin ada warisan budaya tak benda lainnya. RW Manalu berharap, acara tentang seminar adat dibuat di Humbang Hasundutan.
Menurutnya, sudah diusulkan kepada para pihak terkait. Tujuannya supaya semua kekhasan Batak tak hilang begitu saja. Kekhasan Batak memang mulai pudar. Teknologi salah satu yang bertanggung jawab atas segala kemerosotan itu.
Hadir kemudian Dirman Sinambela. Ia tokoh adat dan tokoh masyarakat. Juga dari Lembaga Adat Dalihan Natolu. Ia membahas tentang Adat Istiadat Batak: Dulu, Sekarang, Nanti. Topik ini juga menjadi bahan diskusi. Batak memang masyarakat upacara.
BACA JUGA: Menggagas Batak Writers Meeting di Baktiraja
Ritus dari sebelum lahir sampai setelah meninggal selalu ada. Untuk pernikahan saja sampai 14 tahapan. Namun, tak semua tahapan itu dilakukan lagi. Ada beberapa poin yang sudah mulai tak relevan. Katakan, misalnya, tentang Tingkir Tangga.
Saat ini, rumah tak lagi berpanggung. Tak ada lagi tangga. Tangga menjadi simbol. Simbol untuk raja. Simbol untuk hatoban. Ada juga yang mengalami transformasi. Acara ini menjadi acara menarik. Peserta semua aktif memberi pendapat dan pengalaman.
BACA JUGA: Mencari Jejak Sisingamangaraja I-IX
Seperti disebutkan di awal, ada semacam anomali. Peserta dengan sangat antusias memberikan masukan. Seminar ini menjadi multiarah. Sebelumnya, seminar cenderung kaku. Namun, karena kebudayaan dianggap penting, kegiatan ini menjadi satu anomali tersendiri.
====
Riduan Situmorang, TACB Humbang Hasundutan, Guru SMA Negeri 1 Doloksanggul.
====
medanbisnisdaily.com menerima tulisan (opini/artikel) terkait isu-isu aktual masalah ekonomi, politik, hukum, budaya dan lainnya. Tulisan hendaknya ORISINAL, belum pernah dimuat dan TIDAK DIKIRIM ke media lain, disertai dengan lampiran identitas (KTP/SIM), foto (minimal 700 px dalam format JPEG/posisi lanskap), data diri singkat (dicantumkan di akhir tulisan), nama akun FB dan No HP/WA. Panjang tulisan 4.500-5.500 karakter. Tulisan tidak dikirim dalam bentuk lampiran email, namun langsung dimuat di badan email. Redaksi berhak mengubah judul dan sebagian isi tanpa mengubah makna. Isi artikel sepenuhnya tanggung jawab penulis. Kirimkan tulisan Anda ke: [email protected]