Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Untuk memotivasi para guru serta sharing pemahaman dan pengalaman dalam bidang pendidikan, sekolah Nanyang Zhi Hui Medan, menggelar seminar bertajuk literasi. Seminar yang berlangsung di Sekolah Nanyang Zhi Hui Medan, Jalan Abdullah Lubis Medan, Kamis (11/1/2024), bertema Literasi Sebagai Wujud Keberhasilan Pendidikan.
Seminar ini diikuti kurang lebih 200 peserta, terdiri dari pendidik maupun pengawas. Tidak hanya guru Nanyang Zhi Hui, para pendidik dari sekolah lainnya juga hadir di acara seminar yang mendatangkan narasumber Tokoh Pendidikan Indonesia Dr Itje Chodidjah MA.
Direktur Sekolah Nanyang Zhi Hui Ir Lindawaty Roesli M Pd dalam sambutannya mengatakan, tidak hanya pendidik dari Sekolah Nanyang Zhi Hui, para peserta seminar juga berasal dari sekolah Brigjen Katamso, Bodhicitta, Kemala Bhayangkara, Bina Insan Mandiri, SD Percobaan, Syafiatul Amaliyah dan Jenderal Sudirman.
"Ini adalah satu kesempatan yang sangat berharga dimana kita semua dapat berinteraksi langsung, bertatap muka dengan Ibu Itje. Kita dapat merasakan aura seorang pendidik sejati
yang selalu mengutamakan kebenaran," kata Linda.
Diakui Linda, ia tertarik dengan ungkapan Itje 10 tahun lalu, yang mengatakan, bahwa dalam bidang pendidikan setiap zaman mengundang respon yang berbeda dengan cara yang berbeda. Yang sama satu. Jangan pernah puas karena pendidikan itu dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
"Pendapat ini tidak pupus oleh waktu dan masih berlaku hingga saat ini. Saya sadar untuk membentuk generasi penerus bangsa yang gemilang, diperlukan kerja sama semua pihak, terutama kita yang bergerak dalam dunia pendidikan. Mengutip perkataan Master Cheng Yen bila semua orang dapat bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus dan murni, pelita harapan akan menyala di berbagai pelosok gelap di dunia," tandas Linda.
Sementara itu, Itje Chodidjah dalam paparannya mengatakan, literasi tidak bisa dipisahkan dari dunia pendidikan. Literasi merupakan salah satu jalan untuk mentransfer pengetahuan. Literasi juga salah satu wujud dari pendidikan itu sendiri.
Ditegaskan Itje, literasi mengajarkan seseorang untuk memahami hidup dan kehidupannya dalam bermasyarakat. Bagi anak didik, literasi bertujuan memberikan pemahaman tentang bagaimana hidup sesuai norma sosial, adat dan agama.
"Dalam konteks pendidikan zaman sekarang, ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari mana saja. Bahkan secara cepat dapat dipelajari dari internet di gadget. Tetapi apakah kita tidak membutuhkan sekolah, membutuhkan guru? Pertanyaan ini adalah refleksi bagi kita semua, terutama para pendidik," kata Itje yang juga Ketua Harian Komisi Nasional untuk UNESCO.
Itje menjelaskan, fungsi pendidik atau guru saat ini bukan lagi menjual ilmu pengetahuan, tetapi harus mampu menemukan, mengarahkan dan membimbing bakat anak didik. Seorang guru juga harus bisa mengarahkan anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai norma-norma dalam kehidupannya, baik sosial maupun agama. Hal itulah yang tidak akan bisa didapat dari internet.
"Fungsi itu akan bisa tercapai, jika seorang guru cakap dalam literasi. Menguasai hal-hal yang berkembang dan kritis, terutama dalam bidang yang digelutinya," kata Itje.
Dalam paparannya, Itje juga menyoroti sejumlah kelemahan sistem pendidikan di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Menurutnya sistem pendidikan di Indonesia, khususnya 10 tahun terakhir, tidak memberikan ruang bagi optimalisasi anak didik, malah sebaliknya justru mengekang dan bertentangan dengan prinsip literasi.
Itje mencontohkan, pemberlakuan Ujian Nasional (UN). Menurutnya UN di satu sisi telah mengkerdilkan dunia pendidikan itu sendiri. Alasannya, papar Itje, menjelang UN, sekolah-sekolah akan fokus kepada mata pelajaran yang akan diujikan dan menafikan pelajaran lain karena tidak masuk dalam UN.
"UN ini juga menciptakan ruang untuk kebohongan-kebohongan. Karena tentu saja sekolah akan mengupayakan anak didiknya semua lulus demi menjaga nama baik sekolahnya. Kemudian, UN juga membuka peluang praktik KKN. Itulah adalah kebohongan yang paling mengerikan yang terjadi di sekolah. Lagipula tidak fair kalau semua sekolah harus dinilai dari satu standar, sementara kemampuan sekolah berbeda-beda," kata Itje.
Seminar diawali dengan pertunjukan musik guzheng dan tari kontemporer oleh siswa-siswa Nanyang Zhi Hui Medan. Seminar juga diperdalam dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif dimana narasumber secara aktif memancing peserta untuk bertanya maupun memberikan pendapat.