Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banyuwangi. Pergelaran kolosal Festival Gandrung Sewu menjadi atraksi wisata di Banyuwangi yang paling meriah. Festival ini mendampat sambutan meriah ribuan wisatawan lokal dan mancanegara.
1.286 Penari Gandrung menari di bibir Pantai Boom dengan latar belakang indahnya panorama Selat Bali, Minggu (8/10/2017) sore.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas sempat menitikkan air mata haru, saat ribuan Gandrung ini menari. Selama 6 tahun, Gandrung Sewu tetap menjadi primadona masyarakat dan daya tarik wisatawan untuk datang ke Banyuwangi.
"Saya terharu dengan penampilan baru Gandrung Sewu ini. Tidak terasa saya menangis. Acaranya sukses mantap," ujar Anas kepada detikcom.
Tak hanya itu, menurutnya ada yang berbeda dengan Gandrung Sewu ini. Penari dan pengiring gending juga ber-Shalawat diawal dan diakhir pertunjukan.
"Mereka ber-Shalawat. Ini bukti perpaduan kultur budaya dan agama di Banyuwangi terjaga dan sinergi. Ini ide dari para Kyai dan Ulama Banyuwangi," tambahnya.
Menurutnya, Gandrung Sewu menjadi salah satu festival budaya yang konsisten digelar. "Selain menjadi atraksi wisata, ini juga cara Banyuwangi untuk konsolidasi budaya dan meregenerasi pelaku seni. Kita buktikan bahwa festival menjadi instrumen ampuh untuk menumbukan kecintaan generasi muda pada seni-budaya," kata Anas.
"Kita juga pupuk rasa cinta Tanah Air lewat ajang ini. Anak-anak muda memahami bahwa Indonesia sangat beragam budaya, dan saya sampaikan ke mereka, bahwa keberagaman itu adalah modal untuk membangun bangsa, jangan dijadikan alasan perpecahan," imbuh Anas.
Awal pertunjukan Festival Gandrung Sewu kali ini diawali dengan Shalawat. Penari Gandrung pembuka menyertai teatrikal perjuangan pahlawan Banyuwangi dalam melawan penjajah, yang kisahnya tersirat dalam gending "Kembang Pepe" yang menjadi tema utama atraksi kali kelima ini.
Fragmen itu mengisahkan para pahlawan bersiasat dengan menggelar pertunjukan seni Barong dan Tari Gandrung untuk menjebak penjajah. Sebagian penari Gandrung pun memakai topeng Barong dalam aksinya.
Perpaduan kereografi yang menawan, kostum Gandrung yang indah, aksi kebasan selendang berwarna merah, dan fragmen teatrikal membuat pertunjukan Gandrung Sewu kian mempesona.
Mendapatkan ribuan penari bukan hal sulit bagi Banyuwangi. Bahkan, tiap tahun harus diadakan seleksi di tingkat kecamatan, karena ada sekitar 3.000 calon penari.
Putri Sayyidina, salah seorang penari muda dari SMPN 1 Tegaldlimo bangga bisa terlibat pada pagelaran tari yang disaksikan ribuan orang.
"Ini menambah pengalaman dan kecintaan saya pada Indonesia yang sangat kaya beragam budaya," tuturnya.
Putri mengaku belajar menari dengan mengikuti ekstrakurikuler tari di sekolah. Minatnya belajar seni-budaya semakin kuat seiring kebijakan Pemkab Banyuwangi yang memfasilitasi beragam kreasi anak muda dalam balutan Banyuwangi Festival.
"Menghidupkan budaya ini penting, daripada tiap hari kita main game online. Saya sering mengajak teman-teman untuk mencintai seni-budaya kita," ujarnya.
Festival Gandrung Sewu juga dihadiri sejumlah tamu istimewa, di antaranya istri Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid, Ibu Sinta Nuriyah Wahid. (dtc)