Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Semarang - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai datangnya musim hujan. Hujan yang sudah turun di beberapa wilayah di Jateng berpotensi menimbulkan bencana banjir dan tanah longsor.
Meskipun program penanggulangan bencana sudah intensif dilakukan, menurutnya, masyarakat patut waspada terhadap perubahan kondisi yang terjadi di lingkungan masing-masing.
"Kita punya kearifan lokal, namanya ilmu titen. Misalnya, kalau hujan turun lebih dari dua jam, siap-siap mengungsi karena biasanya banjir besar akan datang. Tanah longsor juga bisa diamati dari retakan tanah di bukit atau dataran tinggi," kata Ganjar di kantornya, Selasa (10/10/2017).
Ilmu titen, imbuh Ganjar, menarik karena masyarakat mempunyai cara meramal akan terjadinya bencana alam lewat tanda-tanda alam yang tidak ada di negara lain di dunia.
"Tidak kalah menariknya adalah sistem kekerabatan dan gotong-royong masyarakat Jateng sehingga mampu menggerakkan masyarakat untuk saling membantu dalam penanganan bencana alam," ujarnya.
Ganjar sendiri sudah menyusun buku berjudul 'Disaster Management and Ilmu Titen' pada awal 2016. Buku itu sebenarnya disusun Ganjar untuk disampaikan di hadapan para pemimpin dunia dalam konferensi perubahan iklim di Belanda. Sepulang dari Negeri Kincir Angin, Ganjar meminta buku itu disebar ke masyarakat agar ilmu titen kembali digunakan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
"Di Jateng sudah dibentuk desa-desa tangguh bencana, ada relawan-relawan yang siap sedia bergerak dan responsif, saya kira kita sudah siap," katanya.
Kamis pagi, Ganjar juga mendatangi Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng. BPBD diminta segera berkoordinasi dengan seluruh stakeholder untuk mengantisipasi bencana.
"Saya sedang siapkan surat edaran kepada bupati dan wali kota untuk siaga bencana," katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Jateng Sarwa Pramana menyatakan dana penanganan bencana sudah disiapkan Rp 45 miliar dari dana tidak terduga gubernur.
Untuk persiapan awal, pihaknya telah melakukan pengadaan logistik sebesar Rp 480 juta. Sebagian logistik sudah didistribusikan ke posko bencana di kabupaten/kota. Pada triwulan ke empat 2017, BPBD Jateng juga melakukan pengadaan logistik lanjutan sebesar Rp 180 juta.
"Sesuai peraturan gubernur tentang kebencanaan, logistik memang kita stok di kabupaten/kota sehingga ketika terjadi banjir, misalnya, bisa langsung didistribusikan," jelasnya.
Sarwa mengatakan Jawa Tengah adalah provinsi tangguh bencana pertama di Indonesia. Gubernur menerapkan pola penanggulangan bencana alam secara sinergis dengan melibatkan semua pihak terkait. Bila terjadi bencana alam, bukan hanya BPBD yang bergerak, tetapi juga satuan kerja perangkat daerah (SKPD) provinsi dan kabupaten/kota, kepolisian, TNI, Pertamina, PLN, Telkom, dan komponen masyarakat lainnya.
Salah satu regulasi yang dijadikan percontohan nasional adalah penanggulangan bencana dengan pendekatan kewilayahan. Yakni, bila terjadi bencana di satu kabupaten, kabupaten-kabupaten terdekat harus segara memberikan bantuan baik berupa personel maupun logistik.
"Ini satu-satunya di Indonesia," tegasnya.
Musim hujan yang dimulai pada Oktober ini, menurut Sarwa, diprediksi akan ekstrem. Sejurus dengan itu, ancaman banjir serta tanah longsor semakin besar.
"Prediksinya cuaca ekstrem jadi ancaman banjir semakin besar. Apalagi kemarau kan banyak tanah yang merekah, itu berbahaya kalau terisi air hujan," jelasnya.
Pada Jumat, 13 Oktober mendatang, BPBD Jateng akan berkonsolidasi dengan BPBD kabupaten/kota. Esoknya, Sabtu, 14 Oktober, giliran BPBD berkoordinasi dengan Palang Merah Indonesia se-Jateng.
"Instruksi Pak Gub, kami harus petakan titik-titik bencana, menyebarkan peringatan, lokasi posko dan nomor kontak posko ke masyarakat. Kami juga siap keluarkan siaga darurat bencana atas rekomendasi BMKG," tegasnya. dtc