Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Banyuwangi. Perjuangan keluarga Sariyono dan kedua anak serta menantunya untuk merubah hidup dengan membangun homestay di kaki Gunung Ijen tidaklah berjalan mulus. Banyak kendala dalam proses pembangunan tersebut. Khususnya masalah dana.
Karena keempatnya hanyalah penambang belerang yang tak begitu banyak upah. Untuk melanjutkan proses pembangunan kamar-kamar Ijen Miner Family Homestay itu, mereka terpaksa menjual sapi.
"Ceritanya kami kehabisan uang untuk merampungkan bangunan itu. Uang sudah habis. Terpaksa untuk melanjutkan mimpi, kami jual sapi. Eman (sayang) tapi ya harus dijual buat selesaikan bangunan itu," ujar Sariyono kepada detikcom di homestay miliknya yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Selasa (21/11/2017).
Sariyono mengaku, pembangunan homestay miliknya berlangsung hampir satu tahun. Selama itulah dirinya dan ketiga anaknya patungan. Caranya, hasil dari upah menambang belerang di Kawah Ijen disisihkan untuk pembangunan homestay.
"Patungan bukan hanya Rp 3 juta itu saja. Selama hampir setahun kami patungan. Kalau nambang (belerang) dapat Rp 150 ribu, ya yang Rp 50 ribu dibuat patungan. Itu hanya untuk beli bahan bangunan saja. Sementara untuk tenaga kerja ya kami ini. Setelah nambang ya kerja bangun homestay," tambah Sariyono.
Hasilnya, tambah Sariyono, bangunan yang ditotal anggarannya menghabiskan hampir Rp 200 juta itu berdiri megah. Ornamen kayu mendominasi bangunan tersebut. Tak lupa, toilet berstandard internasional juga dibangun tepat di bawah homestay panggung itu. Ditambah lagi, dibuatnya taman dan kolam ikan di sekitar homestay juga menambah keasrian homestay tersebut. Sementara di atas logo nama homestay, diletakkan pikulan kayu, lengkap dengan belerangnya. Ini menjadi simbol dan kenangan jika mereka dulu adalah penambang belerang
"Saya ambil sendiri di Kawah Ijen. Sementara pikulan itu punya saya. Ya sebagai kenangan saja jika kami pernah bekerja seperti itu," tambahnya.
Sariyono (57), penambang belerang di Kawah Ijen, warga Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, bersama dengan kedua anaknya, Sugiyono (37) dan Ahmad Efendi (35), serta menantunya, Miskadi (32), membangun sebuah homestay untuk wisatawan yang akan ke Puncak Ijen. Mereka merubah kehidupan mereka dari penambang belerang menjadi pemilik homestay keluarga di kaki Gunung Ijen. (dtc)