Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Mojokerto. Dua batu yang diduga prasasti yang ditemukan di persawahan Desa Jiyu, Kutorejo, Mojokerto merupakan peninggalan Raja Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Kedua prasasti ini disebut sebagai tapal batas wilayah keraton sang raja yang memerintah pada zaman akhir Majapahit tersebut.
Pengkaji Cagar Budaya (Arkeolog) BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, setiap raja Majapahit mempunyai lencana atau simbol kebesaran masing-masing.
Raja Girindrawardhana sendiri mempunyai lencana berupa goresan gambar ular melilit tongkat, bulan sabit dan matahari, dua tapak kaki dengan garis di tengahnya, gunung, juga amerta atau simbol air berupa kendi. Seperti yang terukir pada dua batu yang ditemukan.
"Biasanya beberapa Raja Majapahit punya beberapa simbol yang diukir di batu sebagai batas wilayah kekuasaannya. Prasasti ini merupakan tapal batas untuk wilayah kraton Majapahit pada masa pemerintahan Raja Girindrawardhana, tapi wilayah kekuasaannya mungkin lebih luas dari itu," kata Wicaksono saat dihubungi detikcom, Rabu (29/11/2017).
Pada bagian prasasti yang nampak di permukaan tanah, lanjut Wicaksono, tak ditemukan angka tahun. Dia memperkirakan inskripsi atau tulisan jawa kuno yang merupakan isi prasasti, terdapat di bagian bawah kedua batu tersebut yang masih tertanam di tanah.
Seperti goresan yang ditemukan di Prasasti Kembangsore, Pacet, Mojokerto. Gambar simbol serupa tergores di bagian atas batu. Sementara di bagian bawah batu andesit tersebut, terdapat inskripsi yang merujuk pada Raja Girindrawardhana.
"Prasasti Kembangsore isinya simah atau pemberian kekuasaan atas tanah oleh Raja Girindrawardhana kepada daerah tersebut agar bebas pajak sebagai balas budi raja atas jasa-jasa daerah tersebut. Berangka tahun 1486 masehi," ujarnya.
Wicaksono menjelaskan, Raja Girindrawardhana memerintah pada masa akhir Majapahit sebelum jatuh ke Kesultanan Demak. Menurut dia, saat itu wilayah kekuasaan Majapahit semakin berkurang lantaran terjadi perang saudara.
Temuan dua batu prasasti di Desa Jiyu, kata Wicaksono, sangat penting sebagai petunjuk bagi para arkeolog untuk mengungkap tapal batas wilayah Majapahit sebelum kerajaan besar ini benar-benar tumbang.
"Temuan ini menarik, tapi kami harus inventaris semua temuannya. Sehingga saat ini kami belum bisa menafsirkan," terangnya.
Jauh sebelum dua batu prasasti ini ditemukan, kata Wicaksono, di Desa Jiyu juga pernah ditemukan empat prasasti peninggalan Girindrawardhana. Hanya saja keempat batu prasasti itu dipindahkan oleh Belanda ke museum di Trowulan, Mojokerto. Saat ini, benda purbakala itu masih tersimpan di Pusat Informasi Majapahit di Trowulan.
"Penemuan 4 prasasti itu tepatnya di Dusun Candi, Desa Jiyu. Bercerita keistimewaan Desa Jiyu bagi Raja Girindrawardhana," ungkapnya.
Terhadap dua batu prasasti yang ditemukan di sawah, tambah Wicaksono, BPCB Jatim akan menyerahkan ke Pemerintah Desa Jiyu. Pihaknya berharap temuan ini disimpan di balai desa setempat.
Temuan-temuan baru lainnya juga akan disimpan di balai desa agar menjadi embrio pusat informasi situs Jiyu. Pasalnya, benda-benda cagar budaya peninggalan Majapahit diperkirakan masih banyak yang terpendam di Desa Jiyu.
"Kalau peneliti bisa langsung ke Desa Jiyu. Untuk perawatan tetap dari kami, tim kami ada juru pelihara di Gua Gembyang tak jauh dari Desa Jiyu supaya rutin merawat," tandasnya.
Kedua batu prasasti ini ditemukan di pematang sawah milik Musa, warga Dusun Sumbertani, Desa Mojorejo, Kutorejo. Letaknya di persawahan Dusun Jerukwangi, Desa Jiyu yang berjarak sekitar 1 km dari permukiman penduduk.
Batu pertama mempunyai panjang 323 cm, lebar 95 cm dengan tinggi batu yang nampak di permukaan sekitar 1 meter. Terdapat goresan sedalam 1 cm dengan lebar 3 mm yang membentuk beberapa simbol. Di antaranya gambar ular melilit tongkat, bulan sabit dan matahari, dua tapak kaki dengan garis di tengahnya, gunung, juga amerta atau simbol air berupa kendi.Sementara batu prasasti ke dua terletak sekitar 20 meter di sisi selatan dari batu pertama. Terdapat goresan berbentuk simbol serupa pada batu ini, hanya saja ukuran batu ini lebih kecil. Yakni mempunyai panjang 85 cm, lebar 78 cm dan tinggi batu yang nampak di permukaan tanah sekitar 34 cm. (dtc)