Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Lima orang pria dan seorang anak bertelanjang dada duduk melingkar di panggung terbuka. Di antara mereka, lima orang perempuan matanya tertutup dengan kedua tangan di atas paha. Seorang perempuan berbalut batik menari perlahan di tengah-tengah mereka.
Teater Rumah Mata mencuri perhatian seratusan pengunjung Malam Renungan Teater Sumatera Utara 2017 di Taman Budaya Sumatera Utara, Medan. Bebauan wangi dua batang dupa di tangan Marrine Prameswari Loisa (Ratu Aura Bali), ditancapkannya di tanah. Mulutnya mengeluarkan suara seperti menembang dengan bahasa yang jarang didengar di Sumatera Utara.
Agus Susilo dengan baju sorjan membacakan puisinya, Merantau. Duduk sedikit berjongkok di belakang Marrine. Bait-bait puisinya menggerakkan pria-pria dan anak serta perempuan dari duduknya. Mengulangi kalimat demi kalimat puisi Agus dengan iringan musik dari Zaki dan kawan-kawan.
"Tangan-tangan terbuka memapah semesta.. Tangan-tangan terbuka menyelamatkan cinta.. Menyilakan leluhur tamasya ke hati..."
Di belakang mereka, sekelompok penari berpakaian hitam meliuk-liukkan tubuhnya. Tiap gerakan hasil koreografi Iwan Taroq tampak mengimbangi visualisasi karya Roy Moningka yang meramu ragam gambar dan video mulai dari api, degup jantung, masyarakat adat mencari nafkah di hutan hingga bayi-bayi di ayunan kain.
"..nafas bergelombang di keheningan rahimmu ibu.. Di keheningan rahimmu ibu.." ucap Agus seperti membaca mantra.
Panggung terbuka di langit mendung, riuh dengan ujaran-ujaran berulang. "Bermula kosong aku mengada.. Aku terus melangkah sebagai detik yang berirama dalam lingkaran yang tak putus.. Aku berputar.. Hirup pikuk kemunafikan.. Goyang rambut.. Goyang bibir.. Goyang bokong
.. Goyang dada.."
Dua perempuan dengan gaya pakaian berbeda saling membanggakan diri. Lalu seorang perempuan tua menyeruak di antara mereka berkata-kata selayaknya seorang ibu kepada anak-anaknya yang bertengkar. Dia menangis dan menyesalkan keadaan. Meronta dalam keheningan dam.keriuhan. Panggung pun diisi dengan gerak-gerak petani, buruh dan aneka simbolisasi profesi orang-orang merantau.
Penampilan kolaboratif lintas genre yang disutradarai Agus Susilo dan diperkuat Agung Suharyanto tersebut adalah bagian dari sekian banyak penampilan di Malam Renungan Teater Sumatera Utara 2017 di Taman Budaya Sumatera Utara yang digelar dari 29-31 Desember 2017.
Tak kurang dari 20 kelompok/person mempertunjukkan karyanya dan 30-an peserta kemah teater. Tidak hanya dari seniman dari Sumut, tapi juga dari Riau, Sumatera Barat, Jakarta, Bali hingga Malaysia.
"Kalau tak salah, MRT ini digelar 20-an tahun lalu. Kita di sini membuktikan dari sebuah sejarah yang kita lewati masih bisa bersama, bahu membahu. Ini bisa jadi seperti ini. Kawan-kawan, abang, senior, yang peduli teater di Sumut. Dengan penjualan kaos, sumbangsih, bukan hanya di sumut. Di zaman now, kita bisa bersinergi lewat wa. Inilah dia kerja kita bersama. Tanpa itu malam ini tak pernah ada," ujar Agus, Minggu (31/12/2017).