Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Palas. Setiap tahun, sebelum Ramadan, masyarakat Padang Lawas (Palas), Sumatra Utara akan melakukan marpangir di beberapa sungai yang ada di kabupaten itu. Salah satunya di pemandian alam Siraisan.
Marpangir sendiri merupakan kegiatan mandi di sungai dengan menggunakan rempah-rempah dan dedaunan sebelum memasuki 1 Ramadan.
Tradisi marpangir ini merupakan warisan budaya leluhur di Tapanuli bagian selatan (Tabagsel) yang masih dilestarikan hingga saat ini. Tradisi ini bertujuan untuk membersihkan diri dan mengharumkan badan sebagai bentuk menyambut bulan suci dengan kesucian lahir dan batin.
Dengan marpangir atau mandi dengan rempah-rempah dan dedaunan yang beraroma khas, masyarakat percaya akan lebih khusuk dan kuat untuk menjalani ibadah puasa ramadhan.
"Marpangir ini sudah jadi tradisi turun temurun dari leluhur kami. Jadi dengan marpangir sebelum Ramadan selain mensucikan diri, kami percaya bisa menjalani puasa lebih khusuk dan kuat," ucap Warsono, warga Palas kepada medanbisnisdaily.com, Senin (11/3/2024).
Bukan hanya mandi di sungai, Warsono mengatakan, tradisi marpangir di Palas juga dibarengi dengan makan bersama. Nantinya, selesai marpangir akan makan bersama-sama dan saling bertukar lauk atau makanan yang dibawa dari rumah masing-masing.
"Memang paling ramai untuk Sungai Siraisan, sejak dulu. Biasanya setelah marpangir kita makan-makan bersama, saling bertukar lauk yang dibawa dari rumah. Di situ asiknya, mungkin karena hal itu, ada yang warga Palas yang menetap diluar, pulang hanya untuk marpangir," terangnya.
Warsono berharap agar tradisi marpangir tetap dilestarikan oleh masyarakat Palas. Karena tradisi ini memiliki nilai dan makna yang sangat penting bagi masyarakat Palas yang diturunkan para leluhur kepada mereka.
Hukum Marpangir di Islam
Salah satu tokoh agama di Palas, Ustad Anugrah Ramadhan mengatakan, marpangir atau mandi menjelang 1 Ramadan bukanlah termasuk kewajiban dan syarat sah puasa Ramadan.
"Marpangir bukan menjadi syarat sah puasa. Tapi mandi malam Ramadan hukumnya adalah sunnah. Ini artinya, walaupun tidak wajib, jika marpangir di malam hari hukumnya sunnah," terangnya.
Ustaz Anugrah juga mengatakan bahwa sesama para tokoh agama memiliki pandangan berbeda melaksanakan marpangir. Ada beberapa tokoh agama yang mengatakan kalau tradisi marpangir tidak perlu dilakukan.
"Memang ini kan tidak ada dalam ajaran agama. Hanya saja tradisi ini sudah ada sejak dahulu. Untuk pandangan tokoh agama terkait marpangir ini ada yang bilang tidak usah dilakukan, karena tidak berfaedah. Jadi bukan karena menyalahi syariat," jelasnya
Ustaz Anugrah mengaku tak keberatan apabila marpingir dilakukan. Dirinya mengatakan, kalau niat marpangir hanya untuk sebatas mensucikan diri menyambut bulan Ramadan itu boleh. Namun, jangan menjadikan marpangir jadi syarat sah puasa.
"Kalau niatnya hanya untuk mensucikan diri untuk menyambut bulan ramadhan, itu sah-sah saja. Begini, tapi kalau kita berpikiran marpangir itu menjadi salah satu syarat sah untuk berpuasa, itu baru gak boleh," pungkasnya.