Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Gresik. Meski berusia 12 tahun, namun tubuh Muhammad Fajar terlihat seperti anak yang berusia 4 tahun. Gizi buruk adalah alasan di balik tubuh Fajar yang tak bisa tumbuh secara normal.
Dengan kondisinya itu, Fajar sudah terbaring selama 8 tahun. Fajar terbaring bukan di kasur, melainkan di tikar yang ada di rumahnya. Orang tua Fajar memang bukan keluarga berpunya
Untuk konsumsi makan dan minum, Fajar harus mengonsumsinya dalam bentuk halus dan cair, itu pun dimasukkan dengan mengunakan dot bayi. Dengan usianya yang 12 tahun berat badan Fajar hanya 8 kilogram. Fajar tidak bisa berbicara serta kedua tangannya sudah kaku lantaran ada gangguan pada syarafnya.
Wijayanti (37), ibu Fajar mengatakan, kondisi ini diderita Fajar saat ia menginjak usia 4 tahun. Saat itu, anak kedua dari empat bersaudara itu mengalami kejang-kejang dan mengalami koma.
"Dulu anak saya pernah mengalami koma selama satu bulan lebih seminggu, pada tahun 2012," kata Wijayanti saat ditemui detikcom di rumahnya di Desa Putat Lor, Kecamatan Menganti, Selasa (23/1/2018).
Saat dirawat di RSUD Bunder (sekarang RSUD Ibnu SIna), kata Wijayanti, dirinya diminta menebus obat jutaan rupiah untuk kesembuhaan anaknya namun ia tak mampu menebusnya.
"Dulu pada tahun 2012 saya harus mencari uang sebesar Rp 3 juta rupiah untuk biaya berobat. Karena tidak punya, anak saya harus saya bawa pulang," ungkap Wijayanti sambil menitikkan air mata jika mengangiat saat itu.
Penderitaan Wijayanti saat itu masih ditambah dengan kondisi suaminya, Ahmad Baidowi (42), yang juga sedang sakit. Baidowi yang bekerja sebagai kuli bangunan harus terbaring di rumah sakit lataran mengalami kecelakaan dan tulang lehernya harus dipen.
"Sebelum anak saya jatuh sakit dan koma, suami saya lebih dulu jatuh sakit. Jadi kami tak punya uang sepeser pun, rumah juga masih ngontrak," ungkapnya.
Namun Mujiati dan Ahmad Baidowi tidak patah arang. Untuk menopang ekonomi keluarganya dan biaya pengobatan Fajar, mereka tetap berusaha. Mereka menjual gorengan di sekitar lingkungan rumahnya.
"Ini demi kesembuhan anak saya Fajar, untuk biaya terapi di Mojokerto dan juga buat uang saku jajan dua anaknya," kata Wijayanti.
Wijayanti juga pernah meminta bantuan Pemkab Gresik untuk biaya pengobatan Fajar. Wijayanti pernah mendatangi kantor Bupati Gresik dan Wakilnya untuk meminta stempel untuk mencari bantuan, namun pimpinan Gresik itu belum bisa ditemui.
"Saya pernah menunggu lama di kantor Bupati Sambari ingin meminta stempel, tapi surat saya ditahan di pos penjaga saja," kata Wjayanti.
Sementara itu, Baidowi mengatakan bahwa ia tak patah harapan meski dalam kondisinya sulit. Ia terus berupaya mencarikan biaya berobat untuk anaknya. Baidowi mengaku jika sudah mendapatkan bantuan dari dinas terkait seperti Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Pemkab Gresik bahkan juga BPJS untuk berobat anaknya.
"Namun bantuan itu tidak mencakup semuanya ada obat-obat tertentu yang tidak tercover. Ada obat yang satu biji harganya Rp 400 ribu. Saya dapat uang dari mana, buat makan aja susah," ujarnya.
Baidowi juga menceritakan jika dari Dinas Kesehatan Pemkab Gresik akan memantau Kesehatan putranya dan berjanji untuk mengunjunginya, namun hingga sampai saat ini tidak kunjung datang.
"Dulu sempat ngomong akan mengunjungi putra kami tapi sampai hari ini belum, cuman pak lurah yang sering membantu," ujarnya. (dtc)