Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Sukabumi. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat menemukan sejumlah fakta adanya pencemaran merkuri di sejumlah wilayah. DLH mengakui ada temuan yang mengarah pada kadar kandungan merkuri di beberapa lokasi pengolahan emas oleh masyarakat, Selasa (6/2/2018).
"Kami lebih kepada mengejar sisi lingkungan, hasil pemeriksaan hari ini ke beberapa lokasi di wilayah Kecamatan Simpenan hanya ada 3 titik dan itupun sudah tidak beroperasi," kata Anna, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup, kepada detikcom.
Dari lokasi itu DLH menemukan ada kolam penampungan bekas buangan pengolahan emas dengan kondisi yang tidak layak dan rentan memberikan paparan merkuri ke masyarakat.
"Ada kolam penampungan, cek PH airnya dan nilainya 5 airnya asam masih ada sisa-sisa tumpukan sludge (lumpur) dan itu terkontaminasi. Penampungan itu tidak kedap air dan terserap kembali ke tanah sementara di sekitar tempat itu ada sumur yang airnya diminum oleh warga," jelas Anna.
Dampak dari merkuri sendiri dijelaskan Anna tidak terasa langsung, namun baru akan terasa jangka panjang atau terakumulasi. "Itu mengandung logam berat, efeknya berbahaya bagi tubuh. Meskipun tidak terasa langsung namun secara bertahap dan jangka panjang baru akan terasa bisa 5 tahun 10 tahun bahkan 15 tahun," lanjutnya.
Sejauh ini DLH baru mengambil sampel dari Kecamatan Simpenan, di mana hasil dari pengecekan sampel baru akan diketahui 14 hari ke depan. "Kita akan cek air limbahnya, hasilnya 14 hari kerja," imbuhnya.
Seperti diberitakan, sudah hampir setahun ini bocah di Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jabar terserang gatal. Bentolan kecil mengelupas menyerang permukaan perut, kaki, tangan hingga wajah anak-anak di desa tersebut.Selain Cisolok, ada lima kecamatan lainnya yang diduga warganya terpapar merkuri yaitu Kecamatan Simpenan, Ciemas, Ciracap, Waluran, dan Surade. (dtc)