Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Purworejo. Sisa-sisa peninggalan sebuah pemukiman orang Cina kuno masih terlihat di sebuah desa di Purworejo, Jawa Tengah. Namun sayang, banyak peninggalan dari jaman itu yang sudah menghilang karena diambil orang tidak bertanggung jawab.
Jejak-jejak adanya pemukiman Cina lama itu sampai sekarang masih bisa terlihat. Meski beberapa artefak kuno ada yang telah hilang.
Memasuki gapura Desa Kiyangkongrejo, Kecamatan Kutoarjo memang terasa sejuk. Sepanjang jalan masuk desa dihiasi dengan deretan pohon mahoni yang berjajar apik.
Namun, tidak banyak orang yang tahu jika dulunya desa yang terletak 15 km dari kota Purworejo ke arah barat itu merupakan pemukiman warga Tionghoa pada sekitar tahun 1600-an, awal VOC datang ke Pulau Jawa.
Beberapa masyarakat mempercayai, orang-orang Cina yang ada ditempat itu adalah pelarian orang Tionghoa saat geger Pecinan di Batavia. Mereka melarikan diri dari kejaran VOC hingga masuk ke Kutoarjo melalui pantai pekatan, di Pantai Ketawang.
Ada belasan makam warga cina hingga sekarang masih tersisa meski tidak terawat dan rusak. Sebagian bahkan telah terkubur tanah dan tertutup dengan rimbunnya rumpun bambu.
Salah satu perangkat desa setempat, Bambang Supriyanto (56) menuturkan bahwa makam-makam warga keturunan cina itu masih bisa terlihat jelas pada sekitar tahun 1970-an. Namun kini hanya tersisa belasan saja dengan kondisi yang sudah tidak utuh.
"Sekitar tahun 70 an dulu masih terlihat banyak mas, kini hanya tersisa belasan saja dan tidak dirawat karena bukan penduduk pribumi dan tidak ada saudaranya di sini. Terus yang ada tulisannya Cina serta ornamen-ornamen Cina juga hilang diambil orang nggak tahu siapa," tutur Bambang ketika ditemui detikcom di area pemakaman, Rabu (7/2/2018).
Pemakaman warga Cina itu juga tidak terletak di satu titik namun tersebar di beberapa sudut desa. Peninggalan lain dari peradaban cina kuno itu sebagian besar dimungkinkan sudah terkubur tanah dan tidak dirawat dari waktu ke waktu hingga kini hanya tersisa pemakamannya saja.
"Ya namanya peradaban masa lalu ya dulunya pasti ada sisanya entah itu gapura, pagar atau artefak lain, tapi sekarang sudah nggak ada karena sudah lama sekali jadi mungkin sudah rusak dan tertimbun tanah," imbuh Bambang.
Nama Kiyangkongrejo sendiri, Bambang melanjutkan, berasal dari nama pemimpin atau kepala desa pertama di wilayah tersebut yakni Ki Angkong. Ki dalam bahasa jawa berarti orang dan Angkong adalah sebutan untuk orang Cina.
Sosok Ki Angkong dikenal sebagai orang yang memiliki badan tegap besar, gagah dan sangat sakti. Cikal bakal berdirinya desa Kiyangkongrejo dipercaya berpusat di wilayah Dusun Jibor yang terletak di bagian timur desa.
Salah satu warga setempat, Iwan Eko Agus Setiawan (40) menceritakan bahwa makam Ki Angkong, dipercaya berada di pojok pemakaman umum di dusun Jibor tersebut. Makam-makam warga Tionghoa pada masa itu hanya terbuat dari batu cadas yang dipahat dan dibentuk menjadi batu nisan. Sedangkan makam warga pribumi pada waktu itu hanya terbuat dari patok kayu atau batu bata yang sekarang justru tidak ada sisanya.
"Dipercaya ini makam Ki Angkong itu karena di dusun sini dulu yang jadi cikal bakal adanya Desa Kiyangkongrejo. Tapi sayang sudah rusak berat karena dianggap bukan orang pribumi dan dari dulu tidak ada yang merawatnya. Dulu samping makam ini persis ada pohon besar namun sekarang sudah tumbang," ujarnya.(dtc)