Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Surabaya. Makam Kembang Kuning identik dengan kawasan pemakaman untuk masyarakat Tionghoa. Tetapi hari ini banyak warga Belanda yang mengunjungi makam tersebut. Ada apakah gerangan?
Ternyata sejumlah warga Belanda dan komunitas masyarakat di Surabaya berziarah ke Monumen Karel Doorman di Makam Kehormatan Belanda (Ereveld) yang terletak di Kembang Kuning, Selasa (27/2).
Ziarah ini memang terjadwal dilakukan setiap tahun, untuk mengenang ribuan tentara Belanda yang gugur dalam perang di Laut Jawa pada tanggal 27 Februari 1942.
Dalam perang tersebut, tiga kapal Belanda ditenggelamkan oleh kapal Jepang, yaitu HNMLS De Ruyter, HNMLS Kortenaer dan HNMLS Java. Karel Doorman merupakan nama kapten salah satu kapal itu, yaitu HNMLS De Ruyter.
Saat itu, kapal yang dikomando Karel Doorman terbelah setelah dihantam torpedo kiriman dari kapal perang Jepang. Perang tersebut membuat Jepang berhasil memukul mundur pasukan Sekutu, termasuk Belanda. Dari seluruh armada yang ada, hanya 111 orang yang selamat dan kembali ke Tanjung Priok pada tanggal 28 Februari di tahun yang sama.
"Hari ini kita semua berkumpul disini untuk memperingati suatu peristiwa pada masa Perang Dunia ke-2 yang dinamakan 'Perang di Laut Jawa'. Ini terjadi tepatnya 76 tahun yang lalu," ujar Robert van de Ridjt, direktur Oorlogsgraven Sticht dalam pidatonya.
Oorlogsgraven Sticht merupakan yayasan yang mengelola 7 ereveld yang tersebar di seluruh Indonesia. Ia juga membawa serta rombongan warga Belanda dari tiga kota lain, yaitu Jakarta, Semarang dan Bandung.
Peringatan ini juga dihadiri oleh atase militer Belanda, Kolonel C. A. M. Pals (Renè) MA, MPM dan Duta Besar Belanda, Rob Swartbol. Setelah doa bersama, Robert kemudian mempersilahkan Duta Besar Belanda serta para tamu menuju monumen untuk melakukan tabur bunga.
Di bawah teriknya matahari, Duta Besar dan atase militer Belanda memberikan karangan bunga anggrek di depan monumen sebagai bentuk penghormatan, dilanjutkan dengan menabur bunga sedap malam. Para keluarga korban juga dipersilahkan mengambil bunga sedap malam yang tersedia untuk menaburkannya ke nisan keluarga masing-masing.
Lebih Terbuka
Pimpinan Pengurus Ereveld Belanda di Surabaya, Audriana S Latuputty mengatakan peringatan Perang di Laut Jawa tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pihaknya mengaku sengaja mengundang sejumlah komunitas masyarakat di Surabaya untuk lebih mengenal situs sejarah ini.
"Kita mau sekarang lebih open. Kan tempat ini penuh sejarah, jadi kita ingin mengajak masyarakat, bahwa 'ini lho, ada monumen untuk mengenang korban perang Laut Jawa," paparnya kepada detikcom, Selasa (27/2/2018).
Ia juga ingin mematahkan stigma bahwa Ereveld yang ada di Surabaya, tepatnya di Kembang Kuning, ini tertutup untuk umum.
"Orang tahunya ini makam Belanda, jadi makam Kristen. Jadi sekarang tujuannya kita untuk memberitahu bahwa sebetulnya ini bukan makam Belanda atau makam Kristen. Ini makam untuk mereka-mereka yang meninggal di periode 1942 sampe 1950. Jadi ada yang Kristen, Muslim, ada yang Buddha," lanjutnya.
Salah satu komunitas yang diundang adalah Love Surobojo. Anggita Rara Kumala Wardani (25), anggota Love Suroboyo berharap keberadaan komunitas di Ereveld Belanda di Surabaya akan semakin mempopulerkan situs sejarah tersebut.
Hal yang sama juga diutarakan Michael Alvian (30) dari Paguyuban Sepeda Kuno Surabaya (Paskas). "Ini bagus ya. Dengan diundangnya kita kesini bisa membantu kita, generasi sekarang, untuk mengenal masa lalu, bahwa 'oh itu lho, dulu ada perang kayak gini, sekarang ada monumennya," ujar Michael. (dtc)