Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Calon Wagubsu Sihar Sitorus menyebut Danau Toba sebagai kawasan wisata yang paradoks. Hal itu dikarenakan Danau Toba sebagai objek wisata kelas dunia, namun wisatawan yang datang berkunjung tergolong minim
Menurutnya, wisata Danau Toba akan berkembang bila memadukan biodiversity, geodiversity dan culturdiversity. Ditambahkannya, Danau Toba adalah satu-satunya kawasan yang memiliki keragaman budaya dalam satu kawasan. Termasuk keragaman hayati.
Banyak tanaman yang populasinya hanya ada di sekitar Danau Toba. Contohnya kemenyan yang hanya dihasilkan beberapa kawasan di dunia, dan yang terbaik ada dari Danau Toba yakni dari dataran tinggi Humbang Hasundutan (Humbahas) dan sekitar kawasan dataran tinggi Tapanuli Utara (Taput) dan Toba Samosir (Tobasa).
"Ini harus kita lihat sebagai keunikan hayati. Karena tanaman tersebut adalah tanaman purba yang ada di tanah leluhur. Istimewanya lagi, banyak masyarakat di sekitarnya yang menjadikan ini sebagai sektor ekonomi," ujarnya, Senin (5/3/2018)
Contoh lain yang dipaparkan Sihar adalah tanaman unik andaliman. Jenis tanaman yang menyerupai merica tersebut merupakan tanaman endemik.arena hanya tumbuh di kawasan Danau Toba. Keunikan ini mestinya dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Danau Toba sebagai sumber perekonomian. Karena itu harus dilihat sebagai bagian dari keunikan Danau Toba. "Jadi ketika berbicara Danau Toba bukan berbicara eksploitasi, melainkan eksplorasi," jelasnya.
Demikian juga dengan budaya. Contohnya dalam satu hamparan danau muncul beragam budaya. Ada Simalungun, Karo, Pakpak dan Toba. Keseluruhannya memiliki ikatan satu dengan yang lain dan dengan keberagaman yang indah. Contohnya banyak bahasa daerah dan pelaksanaan adat istiadat yang memperkaya kawasan Danau Toba ini.
"Jadi Danau Toba itu sesungguhnya sudah mempersatukan kita. Karena keberagaman yang ada di dalam dapat hidup secara berdampingan dan saling mempengaruhi. Contohnya masyarakat di dataran tinggi kawasan Danau Toba seperti kawasan Tanah Karo, Dairi dan Toba menjadi penghasil agro untuk tanaman holtikultura. Sementara di pinggir Danau Toba menjadi penghasil tanaman padi dan bawang. Jadi bisa diselaraskan," katanya. Jika dikaitkan dengan dunia pariwisata, menurut Sihar yang harus dilakukan adalah kolaborasi antara keragaman hayati dan budaya dalam satu panggung yang kita sebut Danau Toba. Dengan demikian maka kita bisa menjual atraksi pariwisata yang sangat mahal dan bernilai tinggi.
Karena itu, menurut Sihar, investasi terbesar di kawasan Danau Toba adalah alam dan masyarakatnya. Sehingga harus dilakukan penjagaan dan pengembangan yang selaras agar mampu menjadi sektor perekonomian yang berkontribusi untuk masyarakat, daerah dan negara. "Kalau semua bisa dikembangkan secara bersama-sama, tanpa harus merusak. Jaga, lestarikan dan kembangkan. Karena semakin dilestarikan maka akan semakin berharga," paparnya.