Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Banyuwangi. Pekan ini Banyuwangi punya gawe yang dinamakan Underwater Festival. Salah satu event yang paling ditunggu dalam festival ini adalah 23 penari gandrung yang menari di bawah laut.
Jika lazimnya tari gandrung ditarikan di daratan, kali ini tarian yang dikenal sebagai welcome dance atau tari penyambutan ini dibawakan di bawah air, tepatnya di bawah Pantai Bangsring.
Ke-23 penari ini terdiri atas 12 penari gandrung, 8 orang pembawa umbul-umbul dan 3 orang penabuh gong dan kenong. Mereka tak hanya berpakaian gandrung lengkap dengan omprog (mahkota gandrung) dan kipas, tetapi masing-masing dari mereka juga mengenakan peralatan selam.
Meski menari dengan gerakan yang sedikit lebih lambat, namun mereka mampu membawakan tari Gandrung dengan harmonis selama 10-15 menit.
Salah satu penari yang juga penyelam, Anindita (20) menuturkan bagaimana timnya membawakan tari gandrung di bawah laut. "Kesulitannya selama menyelam adalah arusnya yang kuat. Di air itu massanya beda, jadi lebih ringan. Itu sebabnya kenapa kita memakai pemberat agar tidak mudah terangkat ke atas," tutur Anindita kepada detikcom, Rabu (4/4/2018).
Meski ini baru pertama kalinya menari di bawah air, Anindita dan kawan-kawan mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti, terutama pada gerakan tangan. Namun lain halnya dengan gerakan yang menggunakan kaki, sebab ia harus berjuang melawan arus.
Untungnya saat latihan, tempo tiap gerakan sudah dibuat lebih lambat. Sedangkan untuk menyelaraskan antara tarian dengan musik pengiringnya, mereka hanya terfokus pada suara gong dan kenong yang dipukul.
Senada dengan Anindita, Salsabila Evani mengaku excited bisa ambil bagian dalam kegiatan ini. Gadis asal Sukabumi ini mengatakan bahwa mereka awalnya tidak bisa menari.
"Kita itu di daratan aja nggak bisa menari gandrung, apalagi di laut. Tapi kemudian jadi tantangan tersendiri, hingga akhirnya kami dilatih tari gandrung dengan guru yang didatangkan khusus dari Banyuwangi," ujarnya.
Praktis sejak Februari mereka berlatih. Mulai dari menari gandrung di daratan, mencoba membawakannya di kolam renang, hingga melatih tariannya di Pantai Bangsring saat gladi bersih, sehari sebelum kegiatan ini dimulai.
"Dan kami bangga bisa membawakan tarian kebanggaan Banyuwangi ini di bawah air, tepat di kedalaman 5-6 meter. Alhamdulillah tadi semuanya berjalan lancar," tutur gadis yang akrab disapa Vani itu dengan mata berbinar.
Kedua belas penari yang dilibatkan merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya Malang dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Seluruh penari juga telah mengantongi sertifikat diving dari beberapa institusi selam di Indonesia.
Underwater Festival sendiri merupakan kerja bareng masyarakat sekitar Pantai Bangsring dan Pemkab Banyuwangi. Misi utamanya adalah mengajak warga dan anak-anak muda untuk peduli pada kelestarian laut dan segala isinya. Selain dibuka oleh Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, event ini juga dihadiri oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), Zulfichar Mochtar.
"Even ini adalah bagian kampanye kepedulian kami dengan laut, karena laut adalah masa depan kita yang harus terus dijaga dan dipelihara. Kami juga bangga dengan aksi para nelayan muda di sini, bersinergi dengan kami dan berhasil menjadikan wisata bahari ini menjadi salah satu tujuan liburan favorit di Banyuwangi," kata Anas.
Underwater Festival digelar selama tiga hari mulai tanggal 4-6 April 2018. Sejumlah kegiatan yang diselenggarakan dalam Underwater Festival di antaranya 'Nemo Dancing' atau mengamati ikan nemo selama 48 jam, pelatihan produk olahan ikan, dan edukasi bahari kepada 250 pelajar Banyuwangi, terutama pengenalan jenis-jenis ikan seperti ikan tangkap dan ikan hias, baik yang dilindungi maupun tidak. (dtc)